Pages

MAKALAH SEJARAH PERADABAN ISLAM PERADABAN ISLAM DINASTI USMANI DI TURKI



MAKALAH SEJARAH PERADABAN ISLAM
PERADABAN ISLAM DINASTI USMANI DI TURKI
Dosen Pengampu :
Ardi, M.Pd.I
Makalah ini dibuat untuk  memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Perabadan Islam







  
Disusun Oleh Kelompok : 4
Muhammad Fajar              1501010237
Nadiya Virginia Aspalam  1501010088
Nelly Agustin                     1501010089
Syaikhotin Abdillah           1501010223


Kelas : C
Semester : 3 ( Tiga )

JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
JURAI SIWO METRO LAMPUNG
T.A 2016/2017


KATA PENGANTAR


Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
            Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya kepada penyusun sehingga makalah tentang Peradaban Islam Dinasti Usmani di Turki ini dapat diselesaikan sesuai dengan rencana.
            Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, yang mana beliau telah memberikan petunjuk kepada kita jalan yang benar, sehingga dapat menyelesaikan makalah Sejarah Peradaban Islam ini.
            Penyusun menyadari masih terdapat kekeliruan dalam penyusunan makalah ini, semata-mata datangnya dari diri pribadi yang tak luput rasa khilaf, dan kesempurnaan datangnya dari Allah SWT. Mudah-mudahan makalah tentang Peradaban Islam Dinasti Usmani di Turki dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Akhirul kalam,
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.



                                                                        Metro, 05 Oktober 2016


                                                                                                Penyusun





                                                                                   




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................    ii         
DAFTAR ISI............................................................................................     iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.........................................................................     1
B.     Rumusan Masalah....................................................................     2
C.     Tujuan Penulisan......................................................................     2

BAB II PEMBAHASAN
A.    Sejarah Berdirinya Kerajaan Usmani....................................        3
B.     Penaklukan Kostantinopel......................................................      5
C.     Peradaban Islam di Turki........................................................      8
D.    Raja-Raja Turki Usmani........................................................       
E.     Kemunduran Turki Usmani...................................................       4

BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan..............................................................................     10
B.     Saran........................................................................................     10

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................     11


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dinasti Turki Usmani merupakan kekhalifahan yang cukup besar dalam Islam dan memiliki pengaruh cukup signifikan dalam perkembangan wilayah Islam di Asia, Afrika, dan Eropa. Bangsa Turki memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan peradaban Islam. Peran yang paling menonjol terlihat dalam birokrasi pemerintahan yang bekerja untuk para khalifah Bani Abbasiyah. Kemudian mereka sendiri membangun kekuasaan yang sekalipun independen, tetapi masih tetap mengaku loyal kepada khalifah Bani Abbasiyah. Hal tersebut ditunjukkan dengan munculnya bani Saljuk (1038 M-1194 M).
Indepedensi dari khalifah Abbasiyah mulai ditunjukkan secara lebih jelas oleh Dinasti Danisymandiyah (1671 M-1177 M) dan Qaramaniyah (1256 M-1483 M). Setelah hancurnya Baghdad ditanan Bangsa Mongol, orang-orang Turki semakin mempertegas kemandirian mereka dalam membangun kekuasaannya sendiri, seperti yang dilakukan oleh Turki Usmani (1281 M-1924 M). Bahkan pengaruh dinasti tersebut menjangkau wilayah yang sangat luas,termasuk Eropa Timur, Asia Kecil, Asia Tengah, Timur Tengah, Mesir dan Afrika Timur.
Munculnya dinasti Usmani di Turki terjadi pada saat dunia Islam mengalami fragmentasi kekuasaan pada periode kedua dari pemerintahan Abbasiyah (kira-kira abad ke-9). Sebelum itu, sekalipun telah ada kekuasaan Bani Umayyah di Andalusia (755 M-1031 M), fregmentasi itu semakin menjadi sejak abad ke-9 M. Pada abad itu muncul berbagai dinasti seperti Bani Aghlab di Kairawan (800 M-900 M), Bani Thulun di Mesir (858 M- 905 M), Bani saman di Bukhara (874M-1001M) dan Bani Buwaih di Baghdad dan Syiraz (932-1000 M).
Kerajaan Usmani (Ottoman) berkuasa secara meluas di Asia Kecil sejak munculnya pembina dinasti ini yaitu Ottoman, pada tahun 1306 M. Golongan Ottoman mengambil nama mereka dari Usman I (1290 M-1326 M), pendiri kerajaan ini dan keturunannya berkuasa sampai 1922.
Diantara negara muslim Turki Usmani yang dapat mendirikan kerajaan yang paling besar serta paling lama berkuasa. Pada masa Sultan Usman, orang Turki bukan hanya merebut negara-negara Arab, tetapi juga seluruh daerah anrah Kaukasus dan kota Wina. Dari Istambul, ibukota kerajaan itu, mereka menguasai daerah-daerah disekitar laut tengah dan berabad-abad lamanya Turki merupakan faktor penting dalam perhitungan ahli-ahli politik di Eropa Barat.
Dinasti Turki Usmani merupakan kekhalifahan Islam yang mempunyai pengaruh besar dalam peradaban didunia Islam. Dan dalam makalah ini kami akan menggali hal-hal penting yang berkenaan dengan peradaban Islam dinasti Usmani di Turki.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sejarah berdirinya kerajaan Usmani ?
2.      Bagaimana proses penaklukan Kostantinopel ?
3.      Bagaimana peradaban Islam di Turki ?
4.      Siapa sajakah raja-raja yang pernah memimpin Dinasti Turki Usmani ?
5.      Bagaiamana proses kemunduran Turki Usmani ?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui sejarah berdirinya kerajaan Usmani
2.      Untuk mengetahui proses penaklukan Kostantinopel
3.      Untuk mengetahui peradaban Islam di Turki
4.      Untuk mengetahui raja-raja yang pernah memimpin Dinasti Turki Usmani
5.      Untuk mengetahui proses kemunduran Turki Usmani




BAB II
PEMBAHASAN

A.      Sejarah Berdirinya Kerajaan Usmani
Adapun pendiri daripada kerajaan Usmani yakni bangsa Turki dari kabilah Oghus yang mendiami daerah Mongol dan daerah utara negeri China. Dalam jangka waktu kira-kira tiga abad, mereka pindah ke Turkistan kemudian Persia dan Irak. Mereka masuk Islam sekitar abad kesembilan atau kesepuluh, ketika mereka menetap di Asia Tengah. [1]
Dibawah tekanan serangan Mongol pada abad ke-13, mereka melarikan diri kedaerah barat dan mencari tempat pengungsian ditengah-tengah saudara mereka, orang-orang Turki Saljuk, di dataran tinggi Asia Kecil.
Dibawah pimpinan Ertoghul, mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alauddin II, Sultan Saljuk yang kebetulan sedang berperang melawan Bizantium. Berkat bantuan mereka, Sultan Alauddin menghadiahkan sebidang tanah di Asia Kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak itu mereka membina wilayah barunya dan memilih kota Syuhud sebagai ibukota.
Tahun 1300 M, bangsa Mongol menyerang kerajaan Saljuk dan Sultan Alauddin terbunuh. Kerajaan Saljuk Rum ini kemudian terpecah-pecah dalam beberapa kerajaan kecil. Usmani kemudian menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya. Sejak itulah Kerajaan Usmani dinyatakan berdiri.
Penguasa pertama adalah Usman yang disebut juga dengan Usman I. Setelah Usman I mengumumkan dirinya sebagai Padisyah Al-Usman (Raja besar keluarga Usman) tahun 699 H (1300 M) setapak demi setapak wilayah kerajaan dapat diperluasnya. Ia menyerang daerah perbatasan Bizantium dan menaklukan kota Broessa tahun 1317 M, kemudian tahun 1326 M dijadikan sebagai ibukota kerajaan Turki Usmani. [2]
Pada masa pemerintahan Orkhan (1326-1359 M) Turki Usmani dapat menaklukan Azumia (1327 M), Tasasyani (1330 M), Uskandar (1328 m), Ankara (1354 M), dan Gallipoli (1356 M). Daerah ini adalah bagian bumi Eropa yang pertama kali diduduki Kerajaan Usmani.
Ketika Murad I berkuasa (1359 M-1389 M) selain memantapkan keamanan dalam negeri, ia melakukan perluasan daerah kebenua Eropa. Ia dapat menaklukan Adrianopel, Mecedonia, Sopia, Salonia dan seluruh wilayah bagian utara Yunani. Merasa cemas terhadap kemajuan ekspansi kerajaan ini ke Eropa, Paus mengobarkan semangat perang. Sejumlah besar pasukan sekutu Eropa disiapkan untuk memukul mundur Turki Usmani. Pasukan ini dipimpin oleh Sijisman, raja Hongaria. Namun Sultan Bayazid I (1389 M-1403 M) pengganti Murad I dapat menghancurkan pasukan sekutu Kristen Eropa tersebut. Peristiwa ini merupakan catatan sejarah yang sangat gemilang bagi umat Islam.[3]
Ekspansi kerajaan Usmani sempat terhenti beberapa lama. Ketika ekspansi diarahkan ke Kostantinopel, tentara Mongol yang dipimpin Timur Lenk melakukan serangan ke Asia Kecil. Pertempuran hebat terjadi di Ankara tahun 1402 M. Tentara Turki Usmani mengalami kekalahan. Bayazid bersama putranya, Musa tertawan dan wafat dalam tawanan tahun 1403 M.[4]
Kekalahan Bayazid di Ankara itu membawa akibat buruk bagi Turki Usmani. Penguasa-penguasa Saljuk di Asia Kecil melepaskan diri dari genggaman Turki Usmani. Wilayah-wilayah Serbia dan Bulgaria juga memproklamasikan kemerdekaan. Dalam pada itu, putra-putra Bayazid saling berebut kekuasaan. Suasana buruk ini baru berakhir setelah Sultan Muhammad I (1403-1421 M) dapat mengatasinya. Sultan Muhammad  berusaha keras menyatukan negaranya dan mengembalikan kekuatan dan kekuasaan seperti sedia kala.[5]
Setelah Timur Lenk meninggal dunia tahun 1405 M, kesultanan Mongol dipecah dan dibagi-bagi kepada putra-putranya yang satu sama lain saling berselisih. Kondisi ini dimanfaatkanoleh penguasa Turki Usmani untuk melepaskan diri dari kekuasaan Mongol. Namun, pada saat seperti itu juga terjadi perselisihan antara putra-putra Bayazid ( Muhammad, Isa, dan Sulaiman). Setelah sepuluh tahun perebutan kekuasaan terjadi, akhirnya Muhammad berhasil mengalahkan saudara-saudaranya. Usaha Muhammad yang pertama kali ialah mengadakan perbaikan-perbaikan dan meletakkan dasar keamanan dalam negeri. Usahanya ini diteruskan oleh Murad II (1421-1451 M), sehingga Turki Usmani  mencapai puncak kemajuannya pada masa Muhammad II atau biasa disebut Muhammad Al-Fatih (1451-1484 M).[6]
Turki Usmani mencapai gemilangnya pada saat kerajaan ini dapat menaklukan pusat peradaban dan pusat agama Nasrani di Bizantium, yaitu Kostantinopel. Sultan Muhammad II yang dikenal dengaan Sultan Muhammad Al-Fatih (1451 M-1484M) dapat mengalahkan Bizantium dan menaklukan Kostantinopel pada tahun 1453 M.[7]
Ibukota Bizantium itu akhirnya dapat ditaklukan oleh pasukan Islam di bawah Turki Usmani pada masa pemerintahan Sultan Muhammad II yang bergelar Al-Fatih, sang penakluk. Telah berulang kali pasukan muslim sejak masa Umayyah berusaha menaklukan Kostantinopel, tetapi selalu gagal karena kokohnya benteng di kota tua itu.
Dengan terbukanya kota Kostantinopel sebagai benteng pertahanan terkuat Kerajaan Bizantium, lebih memudahkan arus ekspansi Turki Usmani ke benua Eropa. Dan wilayah Eropa bagian timur semakin terancam oleh Turki Usmani karena ekspansi Turki Usmani juga dilakukan ke wilayah ini, bahkan sampai ke pintu gerbang kota Wina, Austria.
Akan tetapi, ketika Sultan Salim I (1512 M-1520 M) naik tahta, ia mengalihkan perhatian ke arah timur dengan menaklukan Persia, Syiria, dan Dinasti Mamalik di Mesir. Usaha Sultan Salim ini dikembangkan oleh Sultan Sulaiman Al-Qanuni (1520 M-1566 M). Sulaiman berhasil menundukkan Irak, Belgrado, pulau Rhodes, Tunis, Budhapest dan Yaman. Dengan demikian, luas wilayah Turki Usmani pada masa Sultan Sulaiman Al-Qanuni mencakup Asia Kecil, Armenia, Irak, Syiria, Hijaz dan Yaman di Asia, Mesir, Libia, Tunis dan Aljazair di Afrika, Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria, dan Rumania di Eropa.[8]
Setelah Sultan Sulaiman meninggal terjadilah perebutan kekuasaan antara putra-putra nya, yang menyebabkan kerajaan Turki Usmani mundur. Akan tetapi, meskipun mengalami kemunduran, kerajaan ini untuk masa beberapa abad masih dipandang sebagai negara yang kuat, terutama dalam bidang militer. Kerajaan Turki Usmani yang memerintah hampir tujuh abad lamanya (1299 M-1924 M), diperintah oleh 38 sultan.[9]
Kejayaan kerajaan Turki Usmani dialami pada abad ke-16, ketika Dinasti Turki Usmani mencapai kejayaannya sehingga daerah kekuasaannya itu membentang dari selat Persia di Asia sampai ke pintu gerbang kota Wina dan dari laut Gaspienne di Asia sampai ke Aljazair di Afrika Barat. Penduduk Dinasti Turki Usmani terdiri dari bangsa Eropa yang berasal dari Hongaria dan bakan beragam Nasrani dan mereka ini pula yang melanjutkan pengaruh Barat menjangkit kepada minoritas Turki yang ada ditempat itu.
Kemajuan dan perkembangan ekspansi kerajaan Turki Usmani yang demikian luas dan belangsung dengan cepat itu diikuti pula oleh kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk dalam aspek peradabannya.[10]

B.       Penaklukan Kostantinopel
Kostantinopel adalah ibukota Bizantium dan merupakan pusat agama Kristen. Ibukota Bizantium itu akhirnya dapat ditaklukan oleh pasukan Islam dibawah Turki Usmani pada masa pemerintahan Sultan muhammad II yang bergelar Al-Fatih, artinya sang penakluk. Telah berkali-kali pasukan kaum muslimin sejak masa Dinasti Umayyah berusaha menaklukan Kostantinopel, tetapi selalu gagal karena kokohnya benteng-benteng dikota tua itu. Baru pada tahun 1453 kota itu dapat ditundukkan.[11]
Sultan mempersiapkan penaklukan terhadap Kota Kostantinopel dengan penuh keseriusan. Dipelajari penyebab kegagalan dalam penaklukan-penaklukan sebelumnya. Sultan tidak mau lagi kalah sebagaimana para pendahulunya. Ia terlebih dahulu membereskan wilayah-wilayah yang membangkang di Asia Kecil. Datanglah kesempatan yang dinanti-nanti, yakni ketika Kaisar Kostantin IX mengancam Sultan untuk membayar pajak yang tinggi kepada pihaknya, dan jika tidak tunduk pada perintah tersebut maka akan diganggu kedudukannya dengan menundukkan Orkhan, salah satu cucu Sulaiman, sebagai Sultan. Ancaman tersebut dihadapi dengan kebulatan tekad, yakni dengan membuat benteng-benteng disekeliling Kostantinopel. Sultan berkilah bahwa benteng-benteng itu dibangun untuk melindungi dan mengawasi rakyatnya yang lalu-lalang ke Eropa melalui wilayah Bosporus itu.
Kostantinopel akhirnya dapat dikepung dari segala penjuru oleh pasukan Sultan Muhammad II yang berjumlah kira-kira 25.000 dibawah pimpinan Sultan sendiri. Kaisar Bizantium meminta bantuan kepada Paus di Roma dan raja-raja Kristen di Eropa, tetapi tanpa hasil, bahkan dicemooh oleh rakyatnya sendiri karena merendahkan martabatnya. Raja-raja Eropa juga tidak ingin membantunya karena mereka masih dalam perselisihan yang belum terselesaikan. Hanya pasukan Vinicia yang ingin membantu karena memiliki kepentingan dagang diwilayah Usmani. Tentara Vinicia itu mrintangi kapal-kapal Usmani dengan merentangkan rantai besar diselat Bosporus. Sultan tidak kehilangan akal, dinaikkanlah kapal-kapal itu didaratan dengan menggunakan balok-balok kayu untuk landasannya, dan berhasil memindahkannya ke sisi barat kota. Maka terperanjatlah pasukan Bizantium dengan strategi Sultan yang telah mengepung kota selama 53 hari. Dalam masa itu meriam-meriam Turki dimuntahkan kearah kota dan menghancurkan benteng-benteng dan dinding-dindingnya sehingga menyerahlah Kostantinopel pada tanggal 28 Mei 1453.[12]
Dalam pertempuran itu Kaisar mati terbunuh, dan Kostantinopel jatuh ketangan Usmani. Sultan Muhammad II memasuki kota, kemudia mengganti nama Kostantinopel menjadi Istambul, dan menjadikannya sebagai ibukota. Sultan mengubah gereja Aya Sophia menjadi masjid, dan disamping itu ia membangun masjid dengan nama masjid Muhaamad sebagai peringatan bagi keberhasilannya dalam menundukkan kota itu.[13]
Dengan jatuhnya Kostantinopel, pengaruhnya sangat besar bagi Turki Usmani. Kostantinopel adalah kota pusat kerajaan Bizantium yang menyimpan banyak ilmu pengetahuan dan menjadi pusat agama Kristen Ortodoks. Kesemuanya itu diwariskan kepada Usmani. Dari segi letak kota itu sangat strategis karena menhubungkan dua benua secara langsung, Eropa dan Asia. Penaklukan kota Kostantinopel itu memudahkan mobilisasi pasukan dari Anatoia ke Eropa.[14]
Walaupun para Sultan Usmani setelah Sulaiman yang agung pada akhirnya lemah, tetapi serangan terhadap Eropa masih berlangsung terutama untuk menaklukan kota Wina di Austria. Kota Wina itu dikepung berkali-kali, tetapi tidak dapat ditaklukan. Yang terakhir kali kota Wina di Austria itu dikepung oleh pasukan Usmani pada tahun 1683, namun tanpa hasil yang memuaskan.[15]

C.      Peradaban Islam di Turki
Sejak masa Usman Artaghol (1299 M-1326 M), yang dianggap pembina pertama Kerajaan Turki Usmani ini dengan nama imperium Ottoman, timbullah kemajuan dalam berbagai bidang agama Islam. Turki membawa pengaruh cukup baik dalam bidang ekspansi agama Islam ke Eropa. Kemajuan lainnya antara lain dalam bidang militer, dan pemerintahan, bidang ilmu pengetahuan dan budaya, serta dalam bidang keagamaan. Dalam perkembangannya Turki cukup berpengaruh dalam bidang peradaban Islam, degan corak peradaban yang khas. Pengaruh budaya tersebut sampai ke berbagai wilayah Turki Usmani yang wilayahnya begitu luas dalam dunia Islam.
1.      Bidang Pemerintahan dan Militer
Para pemimpin kerajaan Usmani pada masa-masa pertama adalah orang-orang yang kuat, sehingga kerajaan dapat melakukan ekspansi dengan cepat dan luas. Meskipun demikian, kemajuan kerajaan Usmani sehingga mencapai masa keemasannya itu, bukan semata-mata karena keunggulan politik para pemimpinnya. Masih banyak faktor lain yang mendukung keberhasilan ekspansi itu. Yang terpenting diantaranya adalah keberanian, keterampilan, ketangguhan dan kekuatan militernya yang sanggup bertempur kapan dan dimana saja.[16]
Kekuatan militer kerajaan ini mulai diorganisasi dengan baik dan teratur ketika terjadi kontak senjata dengan Eropa. Pengorganisasian yang baik dan strategi tempur militer Usmani berlagsung dengan baik. Pembaruan dengan tubuh organisasi militer oleh Orkhan sangat berarti bagi pembaruan militer Turki. Bangsa-bangsa non-Turki dimasukkan sebagai anggota, bahkan anak-anakKristen yang masih kecil diasramakan dan dibimbing dalam suasana Islam untuk dijadikan prajurit.[17]
Program ini ternyata berhasil dengan terbentuknya kelompok militer baru yang disebut Yenisseri atau Inkisyariah. Pasukan inilah yang dapat mengubah kerajaan Turki Usmani menjadi mesin perang yang paling kuat dan memberikan dorongan yang amat besar dalam penaklukan negeri-negeri non-muslim di timur yang berhasil dengan sukses.
Disamping Yenisseri, ada lagi prajurit dari tentara kaum feodal yang dikirim kepada pemerintah pusat. Pasukan ini disebut tentara atau kelompok militer Thaujiah. Angkatan laut pun dibenahi, karena  ia memiliki peranan yang besar dalam perjalanan ekspansi Turki Usmani. Pada abad ke-16 angkatan laut Turki Usmani mencapai puncak kejayaannya. Kekuatan militer Turki Usmani yang tangguh itu dengan cepat menguasai wilayah yang sangat luas, baik di Asia, Afrika, maupun Eropa. Faktor utama yang mendorong kemajuan dilapangan militer ini adalah tabiat bangsa Turki itu sendiri yang bersifat militer, disiplin, dan patuh terhadap peraturan. Tabiat ini merupakan tabiat alami yang mereka warisi dari nenek moyangnya di Asia Tengah.
Keberhasilan ekspansi tersebut dibarengi pula dengan terciptanya jaringan pemerintahan yang teratur. Dalam mengelola pemerintahan yang luas, sultan-sultan Turki Usmani senantiasa bertindak tegas. Dalam struktur pemerintahan, sultan sebagai penguasa tertinggi, dibantu oleh Shadr Al-A’zham (perdana menteri) yang membawahi pasya (gubernur). Gubernur mengepalai daerah tingkat I. Dibawahnya terdapat beberapa orang Az-Zanaziq atau Al-Alawiyah (bupati).
Unruk mengatur urusan pemerintahan negara, dimasa Sultan Sulaiman I disusun sebuah kitab Undang-Undang (qanun). Kitab tersebut diberi nama Multaqa Al-Abhur, yang menjadi pegangan hukum bagi kerajaan Turki Usmani sampai datangnya reformasi pada abad ke-19. Karena jasa Sultan Sulaiman I yang amat berharga ini, diujung namanya ditambah gelar Sultan Sulaiman Al-Qanuni.
Kemajuan dalam bidang kemiliteran dan pemerintahan itu membawa Dinasti Turki Usmani mampu membawa Turki Usmani menjadi sebuah negara yang cukup disegani pada masa kejayaannya.
2.      Bidang Ilmu Pengetahuan
Peradaban Turki Usmani merupakan perpaduan bermacam-macam peradaban, diantaranya adalah peradaban Persia, Bizantium dan Arab. Dari peradaban Persia, mereka banyak mengambil ajaran-ajaran tentang etika dan tata krama dalam istana raja-raja. Organisasi pemerintahan dan kemiliteran banyak mereka serap dari Bizantium. Sedangkan ajaran tentang prinsip-prinsip ekonomi, sosial kemasyarakatan dan keilmuan mereka terima dari orang-orang Turki Usmani yang dikenal sebagai bangsa yang senang dan mudah berasimilasi dengan bangsa asing dan terbuka untuk menerima kebudayaan dari luar.[18]
Hal ini mungkin karena mereka masih miskin dengan kebudayaan. Bagaimanapun, sebelumnya mereka adalah orang normal yang hidup didataran Asia Tengah.[19]
Sebagai bangsa yang berdarah militer, Turki Usmani lebih banyak memfokuskan kegiatan mereka dalam bidang kemiliteran, sementara dalam bidang ilmu pengetahuan mereka tampak tidak begitu menonjol. Karena itulah dalam khazanah intelektual Islam kita tidak menemukan ilmuwaan terkemuka dari Turki Usmani.[20]
Kemandegan ilmu pengetahuan dan teknologi kerajaan Usmani ada kaitannya dengan perkembangan metode berpikir yang kolot dan tradisional, dikalangan ulama mereka cenderung menutup diri dari pengaruh kemajuan Eropa dan ini juga diakibatkan dengan menurunnya semangat berpikir bebas akibat pemahaman tasawuf.[21]
Demikianlah keadaan IPTEK Turki Usmani, pada akhirnya Turki Usmani runtuh karena banyak diserang oleh Eropa yang didukung dengan kecanggihan yang terus-menerus berkembang ditengah-tengah mereka.[22]
3.      Bidang Budaya
Dinasti Usmani di Turki, telah membawa peradaban Islam menjadi peradaban yang cukup maju pada zaman kemajuannya. Dalam bidang kebudayaan Turki Usmani banyak muncul tokoh-tokoh penting seperti yang terlihat pada abad ke-16, 17 dan 18.
Antara lain pada abad ke-17, muncul penyair yang terkenal yaitu Nafi’ (1582-1636). Nafi’ bekerja untuk Murad Pasya dengan menghasilkan karya-karya sastra Kaside yang mendapat tempat dihati para sultan.[23]
Diantara penulis yang membawa pengaruh Persi kedalam istana Usmani adalah Yusuf Nabi (1642-1712 M), ia muncul sebagai juru tulis bagi Mushanif Mustafa, salah seorang menteri Persia dan ilmu-ilmu agama. Yusuf Nabi menunjukkan pengetahuannya yang luar biasa dalam puisinya. Menyentuh hampir semua persoalan agama, filsafat, roman, cinta, anggur, mistisme. Ia juga membahas biografi, sejarah, bentuk prosa, geografi, dan rekaman perjalanan.
Dalam bidang sastra prosa kerajaan Usmani meahirkan dua tokoh terkemuka, yaitu Katip Celebi dan Evia Celebi. Yang terbesar dari semua penulis adalah Mustafa bin Abdullah, yang dikenal dengan Katip Celebi atau haji Halife (1609-1657 M). Ia menulis buku bergambar dalam karya terbesarnya Kasyf Az-Zunun fi Asmai Al-Kutub wa Al-Funun, sebuah presentasi biografi penulis-penulis penting didunia timur bersama daftar dan deskripsi lebih dari 1.500 buku yang berbahasa Turki, Persia, dan Arab, ia pun menulis buku-buku yang lain.
Salah seorang penyair diwan yang paling terkenal adalah Muhammad Esat Efendi yang dikenal dengan Galip Dede atau syah Galip (1757-1799 M). Adapun dibidang pengembangan seni arsitektur Islam, pengaruh Turki sangat dominan, misalnya bangunan-bangunan masjid yang indah, seperti Masjid Al-Muhammadi atau Masjid Sultan Muhammad Al-Fatih, masjid Agung Sultan Sulaiman, dan Masjid Aya Sophia yang berasal dari sebuah gereja.
Pada masa Sultan Sulaiman, dikota-kota besar dan kota-kota lainnya banyak dibangun masjid, sekolah, rumah sakit, gedung, jembatan saluran air, villa dan pemandian umum. Disebutkan bahwa 235 buah dari bangunan itu dibangun dibawah koordinator Sinan, seorang arsitek asal Anatolia.
Dalam hal pembangunan dan seni arsitek, Turki Usmani telah mengahasilkan keindahan-keindahan yang tinggi nilainya, dan bercorak khusus sehingga membedakan dengan peradaban dan kebudayaan daulah Islam lainnya.[24]

4.      Bidang Sosial Dan Ekonomi
Keberhasilan Turki Usmani dalam memperluaskekuasaan dan penataan politik yang rapi berimplikasi pada kemajuan sosial ekonomi negara, tercatat beberapa kota industri pada waktu itu antara lain :
a.       Mesir yang memperoleh produksi kain sutra dan katun
b.      Anatoli memproduksi bahan tekstil dan wilayah pertanian yang subur[25]
Kota Anatoli merupakan kota perdagangan yang penting di rute Timur dalam perindustrian hasil industri dan pertanian di Istambul, Polandia dan Rusia. Para pedagang dari dalam maupun luar berdatangan sehingga wilayah Turki menjadi pusat perdagangan dunia pada saat itu.[26]

5.      Bidang Keagamaan
Dalam tradisi masyarakat Turki, agama merupakan sebuah faktor penting dalam transformasi sosial dan politik seluruh masyarakat. Masyarakat digolongkan berdasarkan agama, dan kerajaan sendiri sangat terikat dalam syariat sehingga fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku. Ulama memiliki peranan penting dalam kerajaan dan masyarakat. Mufti sebagai pejabat urusan agama tertinggi berwenang memberi fatwa resmi terhadap poblema keagamaan yang dihadapi masyarakat. Tanpa legitimasi Mufti, keputusan hukum kerajaan bisa tidak berjalan.[27]
Kehidupan keagamaan pada masyarakat Turki Usmani mengalami keajuan, termasuk dalam hal ini adalah kehidupan tarekat. Tarekat yang berkembang ialah tarekat Bektasyi, dan tarekat Maulawi. Kedua tarekat ini banyak dianut oleh kalangan sipil dan militer. Tarekat Bektasyi memiliki pengaruh yang sangat dominan dikalangan Yeniseri, sehingga mereka sering disebut tentara Bektasyi. Sementara tarekat Maulawi mendapat dukungan dari para penguasa dalam mengimbangi Yenisseri Bektasyi.
Kajian mengenai ilmu-ilmu keagamaan Islam, sperti fiqh, ilmu kalam, tafsir dan hadist boleh dikatakan tidak mengalami perkembangan yang berarti. Para penguasa lebih cenderung untuk menegakkan satu faham (madzhab) keagamaan dan menekan madzhab lainnya. Sultan Abdul Hamid misalnya, begitu fanatik terhadap aliran Al-Asy’ariah. Ia merasa perlu mempertahankan aliran tersebut dari kritikan aliran lain. Sultan memerintahkan kepada Syaikh Husein Al-Jisr Ath-Tharablusi menulis kitab Al-Husun Al-Hamidiyah (Benteng Pertahanan Abdul Hamid), yang mengupas tentang masalah ilmu kalam, untuk melestarikan aliran yang dianutnya. Akibat kelesuan dibidang keagamaan dan fanatik yang berlebihan maka ijtihad tidak berkembang. Ulama hanya menulis buku dalam bentuk syarah (penjelasan) dan hasyiyah (semacam catatan) terhadap karya-karya klasik.[28]
Bagaimanapun, kerajaan Turki Usmani banyak berjasa, terutama dalam perluasan wilayah kekuasaan Islam ke benua Eropa. Ekspansi kerajaan ini untuk pertama kalinya lebih banyak ditujukan ke Eropa Timur yang belum masuk dalam wilayah kekuasaan dan agama Islam. Akan tetapi, karena dalam bidang peradaban dan kebudayaan kecuali dalam hal yang bersifat fisik, perkembangannya jauh berada dibawah kemajuan politik, maka negeri-negeri yang sudah ditaklukan itu akhirnya melepaskan diri dari kekuasaan pusat, dan perjalanan dakwah belum berhasil dengan maksimal.  [29]


D.      Raja-Raja Turki Usmani

No
Nama Khilafah
Masa Jabatan
1
Usman I
1281-1324 M
2
Urkhan
1324-1306 M
3
Murad I
1306-1389 M
4
Bayazid I
1389-1402 M

Peralihan Kekuasaan
1402-1413 M
5
Muhammad I
1413-1421 M
6
Murad II
1421-1444 M
7
Muhammad II
1444-1446 M
8
Murad II (menjabat yang kedua kalinya)
1446-1451 M
9
Muhammad II (menjabat kedua kalinya)
1451-1481 M
10
Bayazid II
1481-1512 M
11
Salim I
1512-1520 M
12
Sulaiman I
1520-1566 M
13
Salim II
1566-1574 M
14
Murad III
1574-1594 M
15
Muhammad III
1594-1603 M
16
Ahmad I
1603-1617 M
17
Musthofa I
1617-1618 M
18
Usman II
1618-1622 M
19
Musthofa I (menjabat kedua kalinya)
1622-1623 M
20
Murad IV
1623-1640 M
21
Ibrahim
1640-1648 M
22
Muhammad IV
1648-1678 M
23
Sulaiman II
1678-1691 M
24
Ahmad II
1691-1695 M
25
Musthofa II
1695-1703 M
26
Ahmad III
1703-1730 M
27
Mahmud I
1730-1754 M
28
Usman III
1754-1757 M
29
Musthofa III
1757-1774 M
30
Abdul Hamid I
1774-1789 M
31
Salim III
1789-1807 M
32
Musthofa IV
1807-1808 M
33
Mahmud II
1808-1839 M
34
Abdul Majid I
1839-1861 M
35
Abdul Aziz
1861-1876 M
36
Murad V
1876-1909 M
37
Muhammad Rasyid V
1909-1918 M
38
Muhammad Wahid al-Din
1918-1924 M
39
Abdul Majid II (hanya bergelar sebagai khalifah)
1924 M

E.       Kemunduran Turki Usmani
Setelah Sultan Sulaiman Al-Qanuni wafat (1566 M), kerajaan Turki Usmani memulai memasuki fase kemunduran. Akan tetapi, sebagai sebuah kerajaan yang sangat besar dan kuat, kemunduran itu tidak langsung terlihat. Sultan Sulaiman Al-Qanuni diganti oleh Sultan Salim II (1566- 1573 M). Dimasa pemerintahannya terjadi pertempuran antara armada laut kerajaan Usmani dengan armada laut Kristen yang terdiri dari angkatan laut Spanyol, angkatan laut Bundukia, angkatan laut Sri Paus dan sebagian kapal para pendeta Malta yang dipimpin Don Juan dari Spayol.
Pertempuran ini terjadi di Selat Liponto (Yunani). Dalam pertempuran ini Turki Usmanimengalami kekalahan yang mengakibatkan Tunisia dapat direbut oleh musuh. Baru pada masa Sultan berikutnya, Sultan Murad III, pada tahun 1575 M Tunisia dapat direbut kembali.[30]
Pada masa Sultan Murad III (1574-1595 M) kerajaan Usmani pernah berhasil menyerbu Kaukasus dan menguasai Tiflis di Laut Hitam (1577 M), merampas kembali Tibris, ibukota Kerajaan Safawi, menundukkan Georgia, mencampuri urusan dalam negeri Polandia, dan mengalahkan gubernur Bosnia pada tahun 1593 M.
Namun,  karena kehidupan moral Sultan yang tidak baik menyebabkan timbulnya kekacauan dalam negeri. Apalagi ketika pemerintahan dipegang oleh para sultan yang lemah seperti Sultan Muhammad III (1595-1603 M). Dalam situasi yang kurang baik itu, Austria berhasil memukul kerajaan Usmani.
Sesudah Sultan Ahmad I (1603-1617 M) situasi semakin memburuk dengan naiknya Mustafa I (1617-1623 M). Karena gejolak politik dalam negeri tidak dapat diatasinya, Syaikh Al-Islam, mengeluarkan fatwa agar ia turun dari tahta dan diganti oleh Usman II (1618-1622 M)
Pada masa Sultan Ibrahim (1640-1648 M) berkuasa, orang-orang Vinetia melakukan peperangan laut melawan dan mengusir orang Turki Usmani dari Cyprus dan Creta tahun 1645 M. Pada tahun 1699 M terjadi Perjanjian Karlowith yang memaksa Sultan untuk menyerahkan seluruh Hongaria, sebagian besar Slovenia dan Croasia kepada Hapsbrug. Dan Hamenietz, Podolia, Ukrania, Morea dan sebagian Dalmatia kepada orang-orang Vinetia.
Pada tahun 1770 M, tentara Rusia mengalahkan armada kerajaan Usmani disepanjang pantai Asia Kecil. Akan tetapi, tentara Rusia ini dapat dikalahkan kembali oleh Sultan Mustafa III (1757-1774 M) yang segera mengkonsolidasi kekuatannya.
Pengganti Sultan Mustafa III adalah Sultan Abdul Hamid (1774-1789 M) seorang Sultan yang lemah. Pada masa Sultan Hamid mengadakan perjanjian dengan Catherine II dari Rusia yang diberi nama Perjanjian Kinarja di Kutcuk Kinarja. Isi perjanjian itu antara lain : (1) Kerajaan Usmani harus menyerahkan benteng-benteng yang berada dilaut Hitam kepada Rusia dan memberi izin kepada Armada Rusia untuk melintasi selat yang menghubungkan Laut Hitam dengan laut putih, dan (2) Kerajaan Usmani mengakui kemerdekaan Kirman (Crimea).
Demikianlah proses kemunduran yang terjadi dikerajaan Usmani pada akhir-akhir keberadaan Dinasti Turki Usmani. Akhirnya satu persatu negeri-negeri di Eropa yang pernah dikuasai kerajaan ini memerdekakan diri. Bahkan beberapa daerah di Timur Tengah mencoba bangkit memberontak. Di Mesir Dinasti Mamalik akhirnya melepaskan diri dibawah Ali Bey tahun 1770 M. Di Lebanon dan Syiria, fakhruddin seorang pemimpin Druze, berhasil menguasai Palestina, dan pada tahun 1610 M merampas Ba’albak dan mengancam Damaskus. Di Persia kerajaan Syafawi juga mengadakan perlawanan terhadap Usmani. Dan Arabia juga bangkir melepaskan diri dari Usmani  dengan aliansi antara Muhammad bin Abdul Wahab dengan penguasa lokal Ibnu Sa’ud pada awal paruh kedua abad ke-18 M.
Dengan demikian, pemberontakan-pemberontakan yang terjadi dikerajaan Usmani ketika ia sedang mengalami kkemunduran, bukan hanya terjadi di daerah-daerah yang tidak beragama Islam seperti diwilayah Eropa Timur, tetapi juga terjadi di daerah-daerah yang berpenduduk muslim.
Gerakan-gerakan sparatisme terus berlanjut hingga pada abad ke 19 dan 20. Ditambah dengan munculnya gerakan modernisasi politik dipusat pemerintahan, kerajaan Usmani akhirnya berakhir dengan berdirinya Republik Turki pada tahun 1924 M, dan mengangkat Mustafa Kamal Ataturk sebagai presiden pertama di Republik Turki. Dalam percaturan politik selanjutnya Turki tidak begitu memiliki pengaruh yang dominan bahkan orang Eropa menyebutnya The sick man of the Europa (si sakit yang ada di Eropa).[31]
Menurut Dr. Badri Yatim, M.A. bahwa faktor-faktor yang menyebabkan kerajaan Turki Usmani mengalami kemunduran adalah sebagai berikut :
1.      Wilayah kekuasaan yang sangat luas
Administrasi pemerintahan bagi suatu negara yang sangat luas wilayahnya sangat rumit dan kompleks, sementara administrasi pemerintahan kerajaan Usmani tidak beres. Dipihak lain, para penguasa sangat beambisi menguasai wilayah yang sangat luas, sehingga mereka terlibat perang terus-menerus dengan berbagai bangsa.
2.      Heteroginitas penduduk
Sebagai kerajaan besar, Turki Usmani menguasai wilayah yang sangat luas, mencakup Asia Kecil, Armenia, Irak, Syiria, Hijaz, dan Yaman di asia. Mesir, Libia, Tunis, dan Aljazair di Afrika. Bulgaria, Yunani Yugoslavia, Albania, Hongaria, dan Rumania di eropa. Wilayah yang luas itu didiami oleh penduduk yang beragam, baik dari segi agama, ras, etnis, maupun adat istiadat. Untuk mengatur penduduk yang beragam dan tersebar di wilayah yang luas itu diperlukan suatu organisasi pemerintahan yang teratur.
3.      Kelemahan para penguasa
Sepeninggal Sulaiman Al-Qanuni, kerajaan Usmani diperintah oleh sultan-sultan yang lemah, baik dalam kepribadian terutama dalam kepemimpinannya. Akibatnya pemerinahan menjadi kacau. Kekacauan itu tidak pernah dapat diatasi secara sempurna bahkan semakin lama semakin parah.
4.      Budaya korupsi
Korupsi merupaka perbuatan yang siudah umum terjadi dalam kerajaan Usmani. Setiap jabatan yang hendak diraih oleh seseorang harus “dibayar” dengan sogokan kepada yang berhak memberikan jabatan tersbut. Budaya korupsi ini mengakibatkan dekadensi moral kian merajalela yang membuat pemerintah semakin rapuh.
5.      Pemberontakan tentara Yenisseri
Kemajuan ekspansi kerajaan Usmani banyak ditentukan oleh kuatnya tentara Yenisseri. Denan demikia, dapat dibayangkan bagaimana kalau tentara ini memberontak. Pemberontakan tentara Yenisseri terjadi sebanyak empat kali, yaitu pada tahun 1525 M, 1632 M, 1727 M, dan 1826 M.
6.      Merosotnya perekonomian
Akibat perang yang tidak pernah berhenti, perekonomian negara merosot. Pendapatan berkurang, sementara belanja negara sangat besar, termasuk untuk biaya perang.
7.      Terjadinya stagnasi dalam lapangan ilmu dan teknologi
Kerjaan Usmani kurang berhasil dalam pengembangan ilmu dan teknologi, karena hanya mengutamakan pengembangan kekuatan militer. Kemajuan militer yang tidak diimbangi oleh kemajuan ilmu dan teknologi menyebabkan kerajaan ini tidak sanggup menghadapi persenjataan musuh dari Eropa yang lebih maju.[32]

            Karena faktor-faktor tersebut, Turki Usmani menjadi lemah dan kemudia mengalami kemunduran dalam berbagai bidang. Pada periode selanjutnya dimasa modern, kelemahan kerajaan Usmani ini menyebabkan kekuatan Eropa tanpa segan-segan menjajah dan menduduki daerah-daerah muslim yang dulunya berada dibawah kekuasaan kerajaan Usmani, terutama di timur tengah dan Afrika Utara.[33]













BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dinasti Usmani di Turki merupakan kerajaan islam yang berkuasa cukup lama hampir 7 abad lamanya (1290-1924 M) dan merupakan kerajaan besar. Kerajaan Usmani didirikan oleh Usman I putra Ertoghul bangsa Turki dari kabilah Oghus yang mula-mula mendiami daerah Mongol dan daerah utara China.
Dinasti Turki Usmani mengalami kemajuan dalam berbagai bidang, terutama dalam ekspansi atau perluasan agam Islam. Sebagai bangsa yang terkenal dengan militer yang kuat, wilayah kekuasaannya meliputi tiga benua, yakni Asia, Afrika da Eropa.
Peradaban islam di Turki Usmani mengalami kemajuan antara lain dibidang kemiliteran dan pemerintahan, dimana militer dan pemrintahan Turki sangat kuat. Dalam segi budaya, sastra, dan arsitek bangunan sangat berhasil. Dalam bidang keagamaan Islam juga  cukup berhasil dengan baik. Adapun dalam bidang ilmu pengetahuan, Turki Usmani tidak mengalami kemajuan yang berarti.
Turki Usmani yang pernah berjaya sebaga kekhalifahan terakhir dalam dunia Islam, akhirnya mangalami masa kemunduran karena beberapa faktor  yang melatarbelakanginya. Walaupun demikian, kebesaran  yang pernah dialami oleh Dinasti Turki Usmani telah membawa pengaruh yang sangat besar dalam dunia peradaban khusunya dunia peradaban Islam.

B.     Saran
Dengan selesainya makalah ini semoga kami para pemakalah khususnya dan para pembaca umumnya dapat lebih memahami tentang peradan Islam dinasti Usmani di Turki. Semoga makalah yang kami buat ini bermanfaat.





DAFTAR PUSTAKA

Munir Amin, Samsul. 2009. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta, Amzah.

Supriyadi, Dedi. Sejarah Peradaban Islam, Bandung, CV Pustaka Setia


hukum-dan.html diakses tanggal 09 September 2016 pukul 03.00 WIB

http://wwwbasukicom.blogspot.co.id/ diakses pada tanggal 09 September 2016
pukul 03.08 WIB




[1] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (jakarta: Amzah, 2009), h. 194-195
[2] Ibid,.h. 195
[3] Ibid,. h. 196
[4] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1993) h. 131
[5] Ibid.,
[6] Ibid., h. 132
[7] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban, h. 196
[8] Ibid.,
[9] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban, h. 197
[10] Ibid.,
[11] Ibid., h. 198
[12] Ibid.,
[13] Ibid., h. 199
[14] Ibid., h. 199-200
[15] Ibid., h. 200
[16] Badri Yatim, Sejarah Peradaban, h. 133-134
[17] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban, h. 200-201
[18] Ibid,. h. 202
[19] Badri Yatim, Sejarah Peradaban, h. 136
[20] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban, h. 202
[21] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam (Bandung: CV Pustaka Setia), h. 252
[22] Ibid,.
[23] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban, h. 202
[24] Ibid., h. 203
[25] Ahmad Fadlali, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Pustaka Asatrrus. 2009), h. 147
[26] Ibid.,
[27] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban, h. 204
[28] Ibid.,
[29] Ibid., h. 205
[30] Ibid.,
[31] Ibid., h. 207
[32] Ibid., h. 208-209
[33] Ibid.,


 

Copyright © Nelly Agustin Education. Template created by Volverene from Templates Block
WP by Simply WP | Solitaire Online