BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Jujur adalah sifat terpuji yang merupakan faktor terbesar tegaknya
agama dan dunia. Kehidupan dunia tidak akan baik, dan agama juga tidak bisa
tegak diatas kebohongan, penghianatan serta perbuatan curang.
Jujur dan mempercayai kejujuran, merupakan ikatan yang amat erat
dengan para Rasul dan orang-orang yang beriman.
Sebagaimana Allah telah berfirman dalam surat Az-Zumar ayat 33-34 berikut artinya:
“dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya,
mereka Itulah orang-orang yang bertakwa. Mereka memperoleh apa yang mereka
kehendaki pada sisi Tuhan mereka. Demikianlah Balasan orang-orang yang berbuat
baik“
Demikianlah balasan orang-orang yang berbuat baik,”Sebagaimana
telah dijelaskan dalam firman Allah SWT diatas bahwasannya jujur mempunyai
kedudukan yang amat tinggi dimata Allah SWT, juga dalam pandangan islam juga
dalam pandangan Islam serta dalam pandangan orang-orang beradab dan juga akibatnya
yang baik, serta betapa bahayanya berbohong dan mendustakan kebenaran.
Akan tetapi jika kita lihat dan perhatikan tentang kehidupan sosial
sekarang bahwa kejujuran sudah jarang ditanamkan pada jiwa dan karakter
seseorang, sudah jarang kejujuran diaplikasikan dan diterapkan pada kehidupan
sehari-hari. Begitu pula seseorang orang memiliki sifat amanah adalah orang
yang mempunyai sikap mental yang jujur, lurus hati dan dipercaya, jika ada
sesuatu dititipkan kepadanya dia biasa menjaga, baik berupa harta benda,
rahasia atau berupa tugas dan kewajiban lainnya. Sehingganya orang yang
melaksanan amanah ini juga di tegaskan Allah dalam Al-Qur’an surat an-nisa ayat
58 berikut artinya:
“Sesungguhnya
Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan
(menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha
melihat“
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan pengertian jujur?
2. Apa keutamaan
dari jujur?
3. Apa bahaya
dari dusta?
4. Bagaimana
urgensi jujur dan menanamkan kejujuran dalam diri?
5. Apa
yang dimaksud dengan pengertian amanah ?
6. Apa saja
ruang lingkup amanah ?
7. Apa keutamaan
dari amanah?
8. Apa bahaya
jika tidak amanah ?
9. Bagaimana
urgensi dari amanah ?
10. Bagaimana
menanamkan amanah dalam diri ?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui pengertian jujur.
2.
Untuk mengetahui keutamaan dari jujur.
3.
Untuk mengetahui bahaya dari dusta.
4.
Untuk mengetahui urgensi jujur dan cara
menanamkan kejujuran dalam diri.
5.
Untuk mengetahui pengertian amanah.
6.
Untuk mengetahui ruang lingkup amanah.
7.
Untuk mengetahui keutamaan dari amanah.
8.
Untuk mengetahui bahaya jika tidak amanah.
9.
Untuk mengetahui urgensi dari amanah.
10.
Untuk mengetahui cara menanamkan amanah
dalam diri.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Jujur
Benar
atau jujur terjemahan dari bahasa Arab Ash-Shidqu yaitu orang yang
selalu berkata benar atau jujur ialah orang yang perkataan dan pemikirannya
bertolak dan berlandaskan kebenaran itu sendiri, sehingga tidak ada lagi
perilaku yang bertentangan dengan kebenaran itu. Selalu berkata benar (sidik)
adalah salah satu sifat Rasul saw. yang sangat masyhur sehingga mengantarkan
beliau memperoleh sebutan Al-Amin.[1]
Perilaku jujur merupakan sesuatur
yang penting di antara ahlak islam. Untuk memfokuskan dan meneguhkan hal ini jelas dibutuhkan kerja keras. Rasulullah SAW sendiri memberikan perhatian untuk menanamkan perangai itu pada diri anak.
Beliau juga memberikan pengarahan kepada kedua orang tua agar membiasakan diri berperilaku
jujur, ini dengan maksud agar mereka tidak terperosok kedalam ketidak jujuran
yang tercela itu, lalu berbuat bohohong kepada anak yang padaakhirnya nanti akanditiru
si anak tersebut.[2]
Jadi, jujur
adalah suatu sikap yang mencerminkan adanya kesesuaian antara hati, perkataan
dan perbuatan. Apa yang diniatkan oleh hati, diucapkan oleh lisan atau mulut dan ditampilkan dalam
perbuatan memang itulah yang sesungguhnya terjadi dan sebenarnya. Kejujuran
sangat erat kaitannya dengan hati nurani. Hati nurani senantiasa mengajak
manusia kepada kebaikan dan kejujuran.
B. Keutamaan jujur
Sifat shidiq merupakan sifat yang dijunjung tinggi oleh para Nabi dan
Rosul Karena keutamaan-keutamaan yang terkandung dalam sifat shidiq tersebut.[3]
Keutamaan Sifat Shidiq diantaranya yaitu:
1. Allah
akan memberikan janji yang telah Allah janji kepada orang yang jujur[4]
``di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati
apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; Maka di antara mereka ada yang
gugur. dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu[1208] dan mereka
tidak merobah (janjinya)``(QS. Al-Ahzab: 23)
[1208] Maksudnya
menunggu apa yang telah Allah janjikan kepadanya.
2. Shidiq
merupakan salah satu sifat yang mulia, karena jujur adalah sifat para Nabi dan
Rasul. Sebagaimana firman Allah swt. QS. Maryam ayat 41, 54 dan 56 berikut:
41. Ceritakanlah
(hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al kitab (Al Quran) ini. Sesungguhnya ia
adalah seorang yang sangat membenarkan[905] lagi seorang Nabi.
[905] Maksudnya:
ialah Ibrahim a.s. adalah seorang Nabi yang Amat cepat membenarkan semua hal
yang ghaib yang datang dari Allah.
54. dan Ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail
(yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar
janjinya, dan Dia adalah seorang Rasul dan Nabi.
56. dan
Ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang tersebut) di dalam
Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang
Nabi.
3. Shidiq
merupakan salah satu pondasi tegaknya agama.
Kata Muhammad bin Ali Al-Katami tegaknya agama Allah di atas tiga pondasi utama yaitu
: Al-Haq, Ash-Shidq dan Al-‘Adl.[5]
Al-Haq artinya kebenaran pada perilaku. Ash-Shidq kebenaran pada ucapan
dan Al-‘Adl kebenaran hati nurani. Orang yang komitmen dengan sifat
shidiq akan naik derajatnya di sisi
Allah, di cintai manusia, diampuni dosa dan kesalahannya dan kelak dimasukkan kedalam
surga bersama-sama dengan para Nabi. Sabda Rasululah saw.
4. Jujur
akan membawa ke surga
Dari Ibnu Mas'ud r.a.dari Nabi SAW, sabdanya:
"Sesungguhnya
shidiq akan menentukan kepada perbutan birr (kebaikan), dan sesungguhnya kebaikan
akan menuntun ke surga. Seseorang
itu sungguh melakukan kebenaran sehingga dicatat di sisi Allah sebagai seorang
yang ahli melakukan kebenaran. Dan sesungguhnya berdusta itu menuntun kepada penyimpangan dan sesungguhnya penyimpangan itu menjerumuskan kepada neraka. Seseorang sungguh berdusta sehingga dicatat di sisi Allah sebagai seorang yang ahli berdusta."
(Muttafaq 'alaih)
Sebagaimana
hadis di atas, kejujuran adala suatu kebaikan, dan kebaikan itu menghantarkan
sesorangke surga. Sebaliknya, siapa yangberdusta atau tidak berlaku jujur, maka
orang tersebut telah berbuat keburukan. Dan keburukan itu menghantarkan
pelakunya ke neraka.
5. Seorang
yang jujur berarti dia telah menjadi orang yang sebaik-baiknya teman.
Firman
Allah SWT :
وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ
أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ
وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا
Artinya: Dan barang siapa yang
mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang
yang dianugerahi nikmat oleh Allah, Yaitu: Nabi-nabi, Para shiddiiqiin,
orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. dan mereka Itulah teman
yang sebaik-baiknya. (QS. An-Nisa’ : 69).
Tidakada seorang pun di dunia
ini yang tidak menyukai orang yang jujur. Seorang yang jujur pastilah akan
dicintai manusia, Rasul dan pastinya Allah swt. maka dari itu, marilah kita
berlaku jujur dimanapun dan kapanpun.
6.
Orang yang
mempunyai sifat shidiq akan mendapatkan
ketenangan
hati dan ketentraman jiwa. Sabda Rasulullah saw :
دَعْ
مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لَا يَرِيبُكَ فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ وَإِنَّ
الْكَذِبَ رِيبَةٌ
Artinya:
Tinggalkanlah apa yang meragukanmu kepada apa
yang tidak meragukanmu.
Karena kejujuran itu merupakan ketenangan dan dusta itu
keragu-raguan.
(HR. Tirmidzi dan Ahmad).
7. Orang
yang shidiq akan mendapatkan keberkahan dalam berusaha. Sabda Rasulullah saw.
الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ
يَتَفَرَّقَا أَوْ قَالَ حَتَّى يَتَفَرَّقَا فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ
لَهُمَا فِي بَيْعِهِمَا وَإِنْ كَتَمَا وَكَذَبَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا
Artinya: “Dua
orang yang melakukan jual beli bisa dengan khiyar selama keduanya belum
berpisah, jika keduanya jujur dan terus terang, maka keduanya akan diberikan
keberkahan, dan jika keduanya tidak terus terang dan dusta, maka keberkahan
jual beli.
Perilaku jujur merupakan
satu pilar penting diantara pilar-pilar akhlak Islam. Untuk memfokuskan dan
meneguhkan hal ini jelas dibutuhkan kerja keras.[6]
Rasulullah saw. sendiri memberikan perhatian pengarahan kepada kedua
orang tua agar membiasakan diri berperilaku jujur. Ini dengan maksud agar
mereka tidak terperosok ke dalam ketidak-jujuran yang tercela itu, lalu berbuat bohong kepada
anak yang pada akhirnya nanti akan ditiru si anak tersebut.
C.
Bahaya Dusta
Dusta yaitu suatu sifat seseorang
yang berkata tidak sesuai dengan fakta-fakta yang ada.[7]
Artinya, seseorangtersebutberkata dengan kebatilannya atau ketidak tahuannya,
bukan berdasarkan informasi yang ada dan logis.
Dusta adalah memberikan sesuatu yang
tidak sesuai dengan kebenaran, baik dengan ucapan lisan secara tegas maupun
isyarat seperti menggelengkan kepala atau mengangguk. Dan hukum asal berdusta
adalah haram bahkan ia termasuk dosa yang paling keji dan aib yang paling
buruk.[8]
Sebagaimana yang Allah swt. katakan
dalam firman-nya QS. Al-Ankabut ayat 3, karena aib tersebut Allah menguji orang-orang
terdahulu. Allah menimpakan teguran dan musibah dengan kekuasaan-Nya kepada
orang-orang yang berdusta (pendusta).
dan Sesungguhnya Kami telah menguji
orang-orang yang sebelum mereka, Maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang
yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.
Dari Abu
Hurairah Radiyallahu’anhu ia berkata: Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa
Sallam bersabda: “Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga; jika berkata
ia bohong, jika berjanji ia mengingkari, dan jika dipercaya ia berkhianat.” (Muttafaqun
‘alaih. Dan dalam riwayat Bukhari dan Muslim dari hadits Abdullah bin Am’r
disebutkan, ‘Apabila ia bertengkar ia berbuat licik’) (Shahih)
HR.al-Bukhari
no.33, 34 dan Muslim
no. 58, 59.
Jadi,
pengaruh yang di akibatkan oleh perbuatan jujur akan menimbulkan kebahagiaan (surga)
begitu pula sebaliknya perbuatan bohong itu dapat menimbulkan kesengsaraan
(neraka), menderita di dunia dan akhirat.
Di antara dampak buruk dan bahaya dusta dalam kehidupan sehari-hari adalah
sebagai berikut :
1.
Berdusta
membuat pelakunya tidak bisa tenang dan selalu merasa gelisah.
2.
Dusta
menjadi penyebab jatuhnya citra, nama baik, dan kehormatan si pelaku. Orang
menjadi kehilangan kepercayaan padanya. Bayangkan kalau dalam satu komunitas
satu dengan yang lain sudah tidak saling mempercayai.
3.
Dusta
menjadi bagian dari bentuk kemunafikan sehingga mengancam eksistensi iman.
4.
jika
pendusta selamat dan aman di dunia, ia berhasil membungkus segala kepalsuan,
kedustaaan, dan kebohongannya dengan berbagai macam intrik dan tipu daya
sehingga orang tetap percaya maka di sisi Allah SWT ia
tidak akan bisa selamat. [9]
Begitu tercelanya perbuatan bohong atau dusta, maka janganlah melakukan
kebohongan sekecil apapun. [10] Karena itu, tidak ada jalan lain bahwa hidup tenang, bahagia,
terhormat, dipercaya, dan sukses dunia akhirat hanya bisa didapat dengan kejujuran.
Kejujuran adalah modal dasar orang-orang istimewa.
D.
Urgensi Jujur dan Menanamkan Kejujuran dalam Hati
Berbuat
jujur adalah sangatpenting. Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas mengenai
keutamaan-keutamaannya sangat banyak sekali. Kejujuran merupakan sifat terpuji
dan kunci sukses dalam kehidupan sehari-hari. Banyak contoh yang menunjukan
bahwa orang jujur selalu disenangi orang lain. Bahkan orang jujur dengan mudah dapat meningkatkan
kedudukan dan martabatnya.
Menanamkan
jujur di sini dapat diartikan dengan enam makna, yaitu: jujur dalam
perkataan, jujur dalam niat dan keinginan, jujur dalam hasrat (azm), jujur
dalam memenuhi hasrat, jujur dalam perbuatan, dan jujur dalam merealisasikan
semua maqam agama.[11]
Pertama,
jujur
perkataan karena ia memberikan suatu informasi. Kedua jujur niat dan perbuatan
berkaitan dengan keikhlasannya dalam melakukan segala sesuatu. Ketiga jujur
hasrat yaitu hatinya pun ikut merasakan jujur, tanpa bersu`uzan. Keempat jujur jujur
memenuhi hasrat. Terkadang orang mudah menyatakan keinginannya namun ia sulit
untuk melakukannya. Kelima jujur dalam perbuata. Seseorang harus
bersungguh-sungguh dalam melakukan suatuperkerjaan atau suatu perbuatan, tidak
setengah-setengah.
Keenam,
jujur dalam merealisasikan maqam agama. Misalnya seperti benar-benar khauf dan
raja`kepada Allah, bukan khaufdan raja` karena menginginkan sesuatu dan sesaat
saja. Inilah tingkatan jujur yang tertinggi, yang tidak banyak orang
merealisasikannya.
Salah
satu contoh adalah kejujuran Nabi Muhammad sebelum menjadi nabi, ketika beliau
diamanahi tugas oleh Siti Khodijah untuk berdagang, karena kejujuran beliau
tersebutlah usaha Khodijah semakin maju dan berhasil merauk keuntungan yang
besar, kemudian setelah itu pun Khodijah pun jatuh hati pada Muhammad karena
kejujurannya itu, hingga akhirnya Muhammad menikah dengan Khodijah janda yang
kaya raya itu.
Selain
itu kejujuran adalah sikap yang perlu ditanamkan dihati anak-anak kita sejak
awal dan harus dipantau setiap waktu pengamalannya setiap waktu dan kesempatan.
Dengan mentradisikan sikap bisa dipercaya dan jujur disetiap urusan
dilingkungan keluarga, lambat laun seorang anak akan membawa
kebiasaan-kebiasaan baik itu pada system baru dimana anak-anak kita akan
berinteraksi.
Pola
pendidikan yang dilakukan orang tua dampaknya sungguh luarbiasa pada anak-anak
kita. Sebaliknya tradisi berbohong, curang, dan tidak jujur disetiap urusan
(apalagi didalam keluarga) akan mudah berkembang dalam diri anak-anak. Konsisten
dalam ucapan dan perbuatan menjadi perbuatan kepribadian sesorang.
Oleh
karena itu, penanaman sikap konsisten ini juga tidak boleh diabaikan oleh orang
tua kepada anak-anaknya agar kelak setelah dewasa, anak kita menjadi orang yang
bertanggung jawab, tegas dalam mengemban amanah, santun dalam perbuatan dan
kuat dalam pendirian.
E.
Pengertian amanah
Secara
Bahasa amanah berarti titipan seseorang kepada orang lain. Ketika seseorang
dititipi maka harus dapat memelihara dengan baik. Artinya orang memiliki sifat amanah adalah
orang yang mempunyai sikap mental yang jujur, lurus hati dan dipercaya, jika ada
sesuatu dititipkan kepadanya dia bisa menjaga, baik berupa harta benda, rahasia
atau berupa tugas dan kewajiban lainnya.[12] Sehingganya
orang yang melaksanan amanah ini juga
di tegaskan Allah dalam Al-Qur’an surat an-Nisa ayat 58 berikut:
*
Sesungguhnya Allah
menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh
kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan
adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.
Amanah merupakan ahlak mendasar
yang menjadi karakter Nabi SAW sejak beliau kecil hingga menjadi seorang Nabi. Sampai-sampai kaum musyrikin sendiri menyebut beliau sebagai “orang yang selalu jujur dan terpercaya”. Kemudian pengertian lain adalah ”sesuatu
yang dipercayakan kepada seseorang, baik harta, ilmu, rahasia, atau yang
lainnya yang wajib dipelihara dan disampaikan kepada yang berhak menerimanya”.
Menurut
bahasa Arab amanah berarti kejujuran, kesetiaan, dan ketulusan hati.
Menurut Bey Arifin dan H. Abdullah Said pengertian amanah sebagai berikut:
Dari
kitab-kitab tafsir yang terkenal dapat diambil kesimpulan bahwa kata amanah itu
salah satu pertanggung jawaban yang hanya dapat dibebankan atas manusia. Dengan
demikian maka tampaklah selalu amanah bergandengan dengan hikmat,
kebijaksanaan, dan kemanusiaan, amanat adalah suatu tanggungjawab terhadap
terlaksananya seluruh kewajiban sosial dan akhlak.[13]
Salah
satu contoh perilaku amanah yaitu:
Seprang
bendaharawan dipercayakan memegang sejumlah harta benda milik suatu badan atau
organisasi. Jika tugas tersebut dilaksanakan dengan jujur dan setia maka dia
melaksanakan amanah itu dengan baik dan dapat dikatakan dia sebagai al-amin.
Tapi jika ia curang dipandanglah ia khianat atau al-khain.[14]
Sebagai
realisasi akhlakul karimah adalah hartawan hendaknya memberikan hak orang lain
yang dipercayakan kepadanya, penuh tanggung jawab, ilmuan hendaknya memberikan ilmunya
kepada orang yang memerlukan, orang yang diberi rahasia hendaknya menyimpan, memelihara rahasia itu sesuai dengan kehendak yang
mempercayakan kepadanya, pemerintah hendaknya berlaku dan bertindak sesuai dengan
tugas kewajibannya, seseorang mukmin hendaknya
berlaku amanah, jujur atas semua anugrah yang Allah SWT berikan dirinya, menjaga anggota lahir dan anggota batin dari segala
maksiat dan wajib mengerjakan perintah-perintah Allah SWT.
F.
Ruang Lingkup Amanah
Amanah merupakan tanda dari keimanan seseorang. Lawan dari sifat amanah adalah munafik.
Seperti kita ketahui bahwa sifat munafik memiliki ciri-ciri jika ia bicara maka
ia berdusta, bila berjanji ia ingkar, jika dipercaya ia berkhianat dan bila
ia berseteru ia akan jahat.
Sebagai seorang muslim, tentunya kita ingin menjadi
seorang yang amanah yang jauh dari sifat munafik.
Untuk memiliki keutamaan sifat amanah maka kita harus mengethaui ruang lingkup dari sifat amanah.
Berikut adalah ruang lingkup amanah:
1.
Amanah fitrah adalah amanah yang sudah ada sejak kita berada
dalam kandungan , yaitu mengakui ke-esaan Allah SWT.
2.
Amanah dakwah maksudnya
setiap muslim memiliki kewajiban untuk menjadi seorang khalifah di dunia.
3.
Amanah anggota badan, dalam surat An-Nur : 30-31 dijelaskan tentang kewajiban setiap muslim untuk menjaga kemaluan dan tubuh mereka
agar terhindar dari ketidak taatan pada Allah SWT (bermaksiat).
4.
Amanah dalam menunaikan hak :
a. Hak pada Allah yaitu hak tauhid
yang berarti hak untuk mengesakan Allah.
b. Hak pada makhluk
Allah, seperti menjaga barang sewaan atau barang titipan, membayar hutang, menjaga silaturahmi dan hak pada tetangga.
5.
Amanah majelis
Semua majelis adalah amanah kecuali
3 hal yaitu: majelis pertumpahan darah (namun dalam perang diperbolehkan mengambil hak
musuh dan membunuhnya), kemudian majelis hubungan badan yang diharamkan dan majelis
perlanggaran terhadap harta orang lain.
6.
Amanah keluarga
Menunaikan semua amanah atau kewajiban
terhadap semua anggota keluarga, contohnya :hak istri terhadap suami, hak suami
terhadap istri, hak anak terhadap orang tua, hak orang tua terhadap anak.
7.
Amanah kerja profesional
Menuntut setiap muslim untuk bekerja secara ikhsan. Yaitu bekerja sebaik-baiknya dengan atau tanpa diawasi oleh atasan kita.
8.
Amanah kepemimpinan
Amanah ini ditunjukan dengan sikap : Tidak fanatisme golongan dan memberi kepemimpinan pada ahlinya.
G.
Keutamaan Amanah
a. Amanah jalan menuju kesuksesan.
Allah SWT berfirman:
“Dan orang-orang yang
memeliharaamanat-amanat (yang dipikulnya) danjanjinya. dan orang-orang yang
memeliharashalatnya. Merekaitulah orang-orang yang akanmewarisi” (QS. Al-Mukminun: 8-10)
Dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman:
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang berhakmenerimanya, dan apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya
kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. An-Nisaa’: 58)
b. Merupakan sifat para Rasul, Para Nabi, Orang-orang Mukmin dan para malaikat.
Allah
berfirman:
“Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus)
kepadamu,…” (QS. Asy-Syu’araa’: 107)
“Ketika saudara mereka Hud berkata kepada mereka: “Mengapa kamu tidak bertaqwa? Sesungguhnya aku adalah seorang
rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu,” (QS. Asy-Syu’araa’: 124-125)
H.
Bahaya jika Tidak Amanah
إِذَا ضُيِّعَتِ
الأَمَانَةُ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ. قَالَ كَيْفَ إِضَاعَتُهَا قَالَ: إِذَا
وُسِّدَ الأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ
“Jika
amanah telah disia-siakan, tunggulah saat-saat kehancuran.” Orang Arab Baduwi
itu berkata, “Bagaimana amanah itu disia-siakan?” Beliau bersabda, “Jika urusan
diserahkan kepada selain ahlinya, tunggulah saat-saat kehancuran.”
(HR al-Bukhari dan Ahmad).
Imam
Ahmad mengeluarkan hadis ini dari Yunus dan Suraij. Imam al-Bukhari
mengeluarkannya dari Muhammad bin Sinan dan dari Ibrahim bin al-Mundzir, dari
Muhammad bin Fulaih; Yunus, Suraij, Muhammad bin Sinan dan Muhammad bin Fulaih
dari Fulaih bin Sulaiman, dari Hilal bin Ali dari Atha’ bin Yasar, dari Abu
Hurairah. Abu Hurairah berkata,
“Ketika
Rasulullah saw. berada di suatu majelis dan Beliau sedang berbicara kepada satu
kaum, datang kepada Beliau seorang Arab Baduwi dan berkata,
“Kapan
kiamat?”
Rasulullah
saw. terus saja berbicara. Sebagian orang berkata bahwa Beliau mendengar apa
yang dikatakan orang itu, tetapi tidak suka dengan perkataannya. Sebagian yang
lain berkata, Beliau tidak mendengar. Hingga saat Beliau selesai berbicara,
Beliau bertanya,
“Di
mana orang yang bertanya tentang kiamat?” Orang itu menjawab “Saya, ya
Rasulullah.” Rasul lalu mengucapkan hadis di atas.
Allah
berfirman:
“Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga)
janganlah kamu mengkhianati amanah-amanah yang dipercayakan kepadamu, sedang
kamu mengetahui.” (QS Al-Anfaal [8]: 27)
I.
Urgensi Amanah
Diantara sifat para Rasul yang Allah
Subhanahu wa Ta'ala sebutkan di dalam Al- Qur'an bahwasanya mereka adalah
pemberi Nasihat dan orang-orang yang amanah.
Seseorang yang amanah pasti sangat
disenangi oleh Allah dan Rasul-Nya, tentunya akan di senang juga olek
makhluk-Nya. Eseorang yang amanahakan selalu dipercaya oleh oranglain.
Seseorang yang amanah pasti akan selalu dicari oleh orang lain. Seseorang yang
amanah pasti akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Diantara sifat generasi terbaik
umat ini adalah orang-orang yang menjaga amanah, karena akan datang
generasi sesudah mereka yang berkhianat dan tidak amanah sebagaimana dijelaskan
oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa
sallam di dalam hadist Imron bin Husain rodhiyallahu anhu yang diriwayatkan
oleh al- Imam al-Bukhori dan Imam Muslim di dalam kedua shohihnya.
Adapun di zaman akhir ini jadilah
amanah sebagai sesuatu yang langka, sekalipun dikalangan kaum
muslimin.Sulit sekali dijumpai pada hari ini orang-orang yang benar dalam
amanah. Banyak manusia yang tergiur dengan dunia sehingga lalai dari kewajiban
menunaikan amanah. Hal ini terjadi pada semua bidang kehidupan tidak terkecuali
bidang ilmu Syar'I yang pada hari-hari ini banyak dimasuki oleh orang –orang
yang bukan ahlinya, tidak dari segi kapasitas keilmuan dan tidak juga dari segi
adab-adab seorang pengemban ilmu.
J.
Menanamkan amanah dalam diri
Berperilaku amanah dalam kehidupan
sehari-hari sangat dianjurkan dalam Agama Islam. Pemahaman tentang perilaku
amanah tersebut harus kamu terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan
perilaku amanah dalam kehidupan sehari-hari dapat diwujudkan melalui beberapa
cara berikut.
Menjaga titipan dan mengembalikannya
seperti keada-an semula. Mungkin kita pernah dititipi suatu barang oleh orang
lain seperti buku, pensil, pulpen, atau barang-barang lainnya. Sebagai anak
yang amanah kita harus menjaga barang titipan tersebut dengan baik. Pada saat
barang titipan tersebut diambil oleh pemiliknya kita harus mengembalikannya
seperti keadaan semula.
Menjaga rahasia. Menjaga rahasia
merupakan salah satu cara menerapkan perilaku amanah dalam kehidupan
sehari-hari. Seseorang menceritakan rahasianya berarti orang tersebut percaya
kepada kita. Dengan demikian, sebagai orang yang dipercaya kita harus dapat
menjaga rahasia tersebut.
Tidak menyalahgunakan jabatan.
Jabatan merupakan amanah yang harus dijaga. Apa pun jabatan yang kita pegang
harus kita laksanakan dengan baik. Jabatan sebagai ketua kelas, bendahara
kelas, atau jabatan lain yang kamu emban harus kamu laksanakan dengan
baik.Teman-teman kita memilih kita menjadi ketua, bendahara; sekretaris, atau
jabatan lainnya berarti mereka percaya kepada kita.
Oleh karena itu, kepercayaan
tersebut harus kamu jaga dan laksanakan dengan baik. Memelihara dan
memanfaatkan nikmat yang dikaruniakan Allah Swt. dengan baik seperti umur,
kesehatan, harta benda, ilmu, lingkungan sekitar, dan anggota tubuh.
Melaksanakan tugas dengan baik. Tugas
yang kita emban harus kita laksanakan dengan baik. Kita tidak hanya
melaksanakan dengan baik tugas dari Bapak/lbu Guru. Kita juga melaksanakan dengan
baik tugas dari orang lain. Apa pun tugas atau amanah yang kita emban, kamu
berusaha melaksanakannya dengan baik.
Menjadi pemimpin yang memperhafikan
kepentingan orang yang kita pimpin. Mungkin kita menjabat sebagai ketua kelas
atau ketua organisasi.Tugas atau jabatan tersebut merupakan amanah. Kita
dipercaya oleh teman-teman kita di kelas atau organisasi untuk menjadi pemimpin
bagi mereka. Kamu harus melaksanakan tugas tersebut dengan baik. Kita harus
dapat memimpin teman-teman kita dengan adil, rendah hati, dan selalu berusaha
memahami serta melaksanakan aspirasi mereka.
Bersikap atau berperilaku jujur. Kadang
kita menerima amanah berupa berita yang harus kamu sampaikan kepada orang lain.
Pada saat menyampaikan amanah berupa berita hendaknya kita sampaikan dengan
jujur. Kamu tidak menambahi atau mengurangi berita yang harus kita sampaikan.
Demikianlah beberapa cara menerapkan
perilaku amanah dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, agar amanah dapat
tumbuh dalam diri orang yang memilikinya, ada beberapa cara yang dapat ditempuh
sebagai berikut.
Berperilaku amanah dalam kehidupan
sehari-hari memperkuat diri dengan belajar ilmu agama. Hal ini dapat kita
lakukan melalui beberapa cara seperti mengaji, mengikuti kajian-kajian agama,
dan membaca buku-buku agama. Berbekal ilmu pengetahuan akan memudahkanmu
membedakan perilaku yang amanah dan perilaku tidak amanah. Dengan demikian, kita
dapat dengan mudah menghindari perilaku tidak amanah.
Menyadari bahwa amanah merupakan fitrah manusia.
Setiap manusia dikaruniai perilaku amanah. Mengap ada manusia yang tidak
amanah? Hal ini karena manusia tersebut telah dipengaruhi oleh hal-hal yark ada
di luar fitrahnya. Selain itu, setiap orang akan merasa senang melihat
seseorang yang berperilaki amanah dan tidak menyukai orang yang khianat.
Menjernihkan hati dan jiwa dengan zikir. Saat berzikir kita mengingat Allah
Swt. dan berusalk mendekatkan diri kepada-Nya
[4] Sa`id Hawa, Tazkiyatun
Nafs, (Jakarta: Darussalam, 2005), hal. 344.
[5] Muhammad
Suwaid, Op. Cit.
[6] Ibid. hal.
224.
[7] Kasmuri
Selamat dan Ihsan Sanusi, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Radar Jaya Offset,
2013), hal. 31.
[9] http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/15/12/15/nzdin5301-bahaya-dusta diunduh pada 05-03-2017 20:23.
[11] Sa`id Hawa, Op.
Cit. Hal. 346.
[12] Kasmuri, Op.Cit.,
hal. 53.
[13] A. Munir dan Sudarsono, Dasar-Dasar Agama
Islam, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992), hal. 413.
[14] Burhanuddin
Salam, Etika Individual, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2012), hal. 172.
0 komentar:
Posting Komentar