Pages

MELIBATKAN SISWA SECARA AKTIF DALAM PEMBELAJARAN

TUGAS MANDIRI
MAKALAH MELIBATKAN SISWA SECARA AKTIF DALAM PEMBELAJARAN

Mata  Kuliah Pengelolaan Pengajaran
Dosen Pengampu: Basri, M. Ag

Disusun oleh:
1.    Nelly Agustin   1501010089  (No absen: 25)


Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)
Fakultas: Tarbiyah dan Ilmu Keguruan


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) METRO
1438 H/2017 M


BAB PEMBAHASAN

A.    Melibatkan Siswa Secara Aktif dalam Pembelajaran

        Mengajar adalah membimbing kegiatan belajar siswa sehingga ia mau belajar.  Artinya guru sebagai pembimbing di sekolah berusaha untuk membimbing anak didiknya agar anak didiknya tersebut mau belajar atau terlibat secara aktif dalam pembelajaran tersebut.
Terlibat secara aktif dalam pembelajaran atau pembelajaran aktif adalah kegiatan-kegiatan pembelajaran yang melibatkan para pelajar dalam melakukan suatu hal dan memikirkan apa yang sedang mereka lakukan.  Bukan hanya guru yang aktif dalam menyampaikan materi ajar, namun siswa harus merespon atau timbal balik dari apa yang telah guru sampaikan.
Dalam pembelajaran di kelas, guru harus berusaha untuk merancang dan melaksanakan pembelajaran semaksimal mungkin agar anak didik dapat terlibat aktif dalam pembelajaran. Keterlibatan anak didik secara aktif dalam pebelajaran ini dimaksudkan agar anak didik dapat mengetahui dan mencerna bahan ajar yang disampaikan oleh guru secara benar dan mendalam.
Selain itu, pembelajaran secara aktif dilakukan guna mendapatkan kondisi belajar mengajar yang efektif dan efisien. Karena pembelajaran aktif adalah salah satu variabel penentu efektif dan efisien tidaknya suatu pembelajaran itu sendiri.
Walaupun pada kenyataannya banyak di sekolah-sekolah hanya gurulah yang berperan secara aktif dalam proses belajar mengajar. Siswa hanya duduk diam dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru, tanpa guru tahu apakah siswa tersebut mengerti dan memahami materi yang ia sampaikan.
Betapa pentingnya aktivitas belajar siswa dalam proses belajar mengajar sehingga John Dewey, sebagai tokoh pendidikan, mengemukakan pentingnya prinsip ini melalui metode proyeknya dengan semboyan learning by doing. Bahkan jauh sebelumnyapara tokoh pendidikan lainnya seperti Rousseau, Pestalozi, Frobel dan montessory telah mendukung prinsip aktivitas dalam pengajaran ini.
Melihat banyak sekali para ahli yang mendukung prinsip melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran ini, membuktikan bakwa prinsip belajar mengajar ini sangat penting bagi guru dan siswa guna mengoptimalkan hasil dari proses belajar mengajar.
Aktivitas belajar murid yang dimaksud di sini adalah aktivitas jasmaniyah maupun aktivitas mental. Aktivitas belajar murid dapat dapat digolongkan menjadi beberapa hal sebagai berikut:
1.    Aktivita visual
Seperti membaca dan menulis.
2.    Aktivitas lisan
Seperti bercerita dan bernyanyi.
3.    Aktivitas mendengarkan
Seperti mendengarkan cerita dan materi.
4.    Aktivitas gerak
Seperti menari
5.    Aktivitas menulis
Seperti mengarang.
Dari uraian aktivitas belajar siswa di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa dalam belajar secara aktif di kelas bervariasi. Tergantung dengan gaya belajar siswa itu sendiri, sehingga tidak dapat disama ratakan satu samalain. Ada yang diam mendengarkan dengan serius, ada yang memain-mainkan penanya di kertas (melukis) dan bisa saja sambil bersenandung.
 Berikut ini akan dibahas sistem belajar mengajar yang merupakan salah satu upaya dalam menciptakan belajar mengajar yang efektif dan efisien, yakni dengan sistem belajar siswa aktif atau CBSA.

1.    Pengertian CBSA
Secara etimologi CBSA dapat diartikan sebagai sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual, dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara kognitif, afektif dan psikomotorik.
Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa CBSA adalah salah satu cara atau metode dalam pembelajaran yang telah dikembangkan para ahli. Metode ini menekankan pembelajaran yang memusatkan perhatian pada anak didik itu sendiri. Sehingga tidak hanya guru yang aktif dalam pembelajaran, namun siswa juga terlibat aktif.
Aktif secara fisik artinya siswa menampilkan penampilan fisiknya seperti gerak tubuhnya dan keikit sertaannya dalam bertanya dan menaggapi setiap aktivitas pembelajaran. Menuangkan ide-idenya dan kecerdasannya kedalam sebuah tanggapan dan pertanyaan ketika berdiskusi, dengan tidak meninggalkan etika dan sopan santun ketika proses pembelajaran tersebut berlangsung.
Sehingga pada akhirnya akn diperoleh kepahaman siswa mengenai materi pembelajaran; sikap siswa yang baik, sopan, santun, dan mimik tubuh sesuai; dan skill yang menonjol sesuai dengan bakat dan minat siswa maswing-masing.

2.    Tolak Ukur CBSA
Untuk dapat mengukur kadar keaktifan siswa dalam belajar, berikut akan dikemukakan beberapa pendapat  dari para pakar CBSA, menurut:
a.    McKeachie
Ada tujuh variasi kdar tolak ukur CBSA, yaitu:
1)    Partisipasi siswa dalam menentukan tujuan kegiatan belajar mengajar
2)    Penekanan pada aspek afektif dalam pengajaran
3)    Partisipasi siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar utama yang berbentuk interaksi antar siswa
4)    Penerimaan guru terhadap perbuatan dan sumbangan siswa yang kurang relevan atau yang salah
5)    Keeratan hubungan kelas sebagai kelompok
6)    Kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk mengambil keputusan yang penting dalam kegiatan di sekolah
7)    Jumlah waktu yang digunakan untuk menangani  masalah pribadi siswa, baik yang berhubungan ataupun yang tidak berhubungan dengan pelajaran
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa tolak ukur siswa dikatakan terlibat secara aktif dalam pemelajaran ada tujuh macam. Tidak hanya melihat dari satau sudut pandang saja, namun banyak sudut pandang yang bevariasi. Contohnya aktif ketika diskusi dengan teman sekelompok, ketika bertanya dengan guru, ketika dapat menjawab pertanyaan guru atau menaggapi, dan lain sebagainya
b.    K. Yamamoto
Yamamoto melihat kadar keaktifan sista itu dari segi intensionalitas atau kesengajaan terencana dari peran serta  kegiatan oleh kedua pihak (guru dan siswa) dalam proses belajar mengajar.  Maksudnya, guru dan siswa merencanakan untuk berperan aktif di dalam kelas atau mengoptimalkan pembelajaran. Intensionalitas ini tidak berjalan secara tiba-tiba namun adanya persiapan terlebih dulu dari pihak guru maupun siswa. Misalnya memahani bahan ajar lebih dahulu sebelum proses pembelajaran.
Yamamoto membedakan keaktifan yang direncanakan secara sengaja (intensional), keaktifan yang dilakukan sewaktu-waktu (insidental) dan sama sekali tidak ada keaktifan dari kedua belah pihak. 
Keaktifan intensional sama halnya dengan intensinalitas di atas. Sedangkan insidental maksudnya adalah keaktifan sisiwa yang dilakukan secara tiba-tiba, tanpa adanya persiapan belajar terlebih dulu. Kemudian, tidak ada keaktifan sama sekali dari kedua belah pihak baik itu guru maupun murid. Guru hanya asyik menerangkan bahan ajar dan anak didik pasif, sehingga tidak terjadinya keaktifan sama sekali dari pihak siswa, dan tidak adanya usaha dari kedua belah pihak untuk berusaha aktif atau saling timba balik dalam belajar mengajar.
Yamamot mengungkapkan sembilan kadar keaktifan siswa yang digambarkan dalam diagram 1, di bawah ini.  Dari diagram tersebut, dapat dipahami bahwa keberhasilan pembelajaran didapatkan dari proses belajar yang melibatkan siswa dan guru secara aktif atau intensional. Ini berarti guru dan siswa melakukan kegiatan bekajar mengajar secara sengaja dan terarah. Sehingga tujuan intruksional dapat dicapai dengan tuntas.
Sebaliknya, jika tidak adanya keaktifan belajar dari siswa dan keaktifan mengajar dari guru maka tidak akan ada keberhasilan dari proses belajar tersebut. Kegiatan yang terjaditidak dikatan sebagai kegiatan instruksional lagi, namun hanya sebatas kegiatan biasa yang tidak memiliki arah dan tujuan yang jelas.

c.    H. O. Lingren
Lingren melukiskan kadar keaktifan siswa itu dalam interaksi diantara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa lainnya.  Artinya proses pembelajaran dikatakan aktif apabila terjadi interaksi timbal balik guru dengan para siswa dan siswa dengan para siswa lainnya.
Interaksi belajar mengajar ada empat macam. Pertama, komunikasi satu arah yang menitik beratkan pada guru dalam menyampaikan informasi namun siswa pasif tanpa respo, tanpa adanya timbal balik. Kedua komunikasi dua arah, guru menyampaikan materi lalu siswa menanggapi penyampaian guru tersebut.
Ketiga komunikasi tiga arah, maksudnya dalam proses belajar mengajar terjadi interaksi timbal balik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Yang terakir yaitu komunikasi semua/banyak arah, komunikasi ini sama dengan komunikasi nomer tiga. Namun, ruang siswa dalam berinteraksi lebih luas. Tidak hanya dengan seorang siswa, namun dengan beberapa siswa ayai keseluruhan siswa lainnya.
d.    Ausebel
Mengemukakan penjernihan pengertian di dalam mengkaji ke-CBSA-an dan kebermaknaan kegiatan belajar mengajar dengan mengemukakan dua dimensi, yaitu:
1)    Kebermaknaan materi serta proses belajar mengajar
2)    Modus kegiatan belajar mengajar
Kebermaknaan materi dalam proses belajar mengajar sangatlah penting. Yang dapat mengetahui kebermaknaat materi tersebut adalah guru dan siswa itu sendiri. Kebermaknaan materi ini dapat terealisasikan dengan baik apabila metode belajar mengajar yang diterapkan oleh guru dan siswa sesuai dengan materi dan siswa itu sendiri.
Terkadang banyak guru yang menganggap bahwa metode ceramah adalah metode yang paling kuno dan tidak tepat unutk menyampaikan materi ajar. Namun pada kenyataan tidak, terkadang metode ceramah sangat efektif bagi tujuan pembelajaran tertentu. Misalnya tujuan pengajaran adalah menyampaikan informasi atau pemberian pengertian kepada siswa, maka metode ceramah adalah metode yang paling baik dan tepat. Begitu juga dengan metode yang lainnya, harus diselaraskan dengan tujuan suatu pembelajaran.
Dapat dipahami bahwa aktivitas seorang siswa di dalam kelas dipengaruhi oleh keberartian materi yang disampaikan oleh guru terhadap seorang siswa. Ketika guru menjelaskan mengenai pengertian atau mengenai perkalia maka metode yang akan digunakan adalah metode ceramah. Siswa menerimmma dengan mendengarkan dan memperhatikan.
    Ketika guru menjelaskan mengenai gerakan shalat maka metode yang digunakan tidak tepat lagi hanya dengan ceramah. Namun harus ditambah dengan metode praktik shalat. Sehingga siswa dapat ikut aktif fisik dan psikisnya bagaimana gerakan shalat yang baik dan benar.

3.    Prinsip-Prinsip CBSA
Berdasarkan ALIS atau Active Learning in school yaitu pembelajaran aktif yang dilaksanakan di sekolah-sekolah untuk para siswa yang hakikat inti dan isi kurang lebih dengan CBSA, prinsip-prinsip pembelajaran aktifnya sebagai berikut:
a.    Prinsip melakukan, yang dalam CBSA disebut belajar sambil bekerja, pada dasarnya pembelajaran itu harus membuat peserta didik berbuat sesuatu, bukan tinggal diam, berpangku tangan. Perbuatan itu dapat berupa; melihat dan mendengar.
b.    Prinsip menggunakan semua alat indera (pancaindera), bahwa dalam pembelajaran hendaknya mengaktifkan semua alat indera untuk memperoleh informasi atau pengetahuan, melalui melihat, mendengar, meraba, mengecap dan membau.
c.    Prinsip eksplorasi lingkungan, bahwa pembelajaran aktif memanfaatkan lingkungan sebagai sarana, media dan/atau sumber belajar.

4.    Cara Memperbaiki CBSA
Ketika di suatu sekolah telah menerapkan pembelajaran aktif atau CBSA, namun masih belum mendapatkan hasil yang maksimal. Dapat diperbaiki dengan beberapa poin berikut:
a.    Abdikanlah waktu yang lebih banyak untuk kegiatan belajar-mengajar
b.    Tingkatkan partisipasi siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar dengan menuntut respons yang aktif dari siswa.
c.    Masa transisi antara berbagai kegiatan dalam mengajar hendaknya dilakukan secara cepat dan luwes
d.    Berikanlah pengajaran yang jelas dan tepat sesuai dengan mengajar yang akan dicapai
e.    Usahakan agar pengajaran dapat lebih menarik minat murid.
Dari poin-poin di atas dapat dipahami bahwa dalammemperbaiki CBSA perlu adanya peran guru yang maksimal sehingga didapatkan hasil belajar dengan maksimal pula. Ketika guru lemah, lesu dan letih dalam pembelajaran, maka akan berdapak negatif bagi proses belajar mengajar di kelas. Sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan tidak akan tercapai dengan maksimal.

5.    Cara Meningkatkan CBSA
Ketika di suatu sekolah telah menerapkan pembelajaran aktif atau CBSA, namun masih belum mendapatkan hasil yang maksimal. Dapat ditingkankan dengan beberapa poin berikut:
a.    Kenali dan bantu siswa yang kurang terlibat secara aktif
b.    Siapkanlah siswa secara tepat, apa yang dibutuhkan oleh siswa
c.    Sesuaikan pengajaran dengan kebutuhan-kebutuhan individual siswa.
Meningkatkan hasil belajar siswa tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Namun, meningkatkan hasil belajar siswa memerlukan tips dan trik tertentu. Salah satunya adalah dengana pembelajaran aktif atau CBSA. Guru harus berperan secara maksimal. Memahami bagaiaman siswa, apa yang dibutuhkan siswa dan melibatkan siswa semaksimal mungkin dalam pembelajaran.



DAFTAR PUSTAKA
Usman, Moh. Uzer. 2003. Menjadi Guru Provesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ysh, Soegeng. 2012. Pengembangan Sistem Pembelajaran. Semarang: IKIP PGRI Semarang Press.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright © Nelly Agustin Education. Template created by Volverene from Templates Block
WP by Simply WP | Solitaire Online