Pages

Makalah Hal-Hal Dapat Mengotori Akidah



NELLY AGUSTIN/1501010089
 
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
            Islam adalah agama yang sempurna, agama mengatur dengan jelas tata cara menjalani kehidupan dengan baik dan benar. Kehidupan seseorang berbeda dengan kehidupan orang lain. Masalah silih berganti, cobaan semakin  merapuhkan badan, rintangan semakin di depan dan setiap orang mempunyai cara yang berbeda-beda dalam menyelesaikan setiap masalah nya. Ada yang sesuai dengan akidah seperti tetap berusaha, sabar, tawakal, dan berdo’a. Begitu pun sebaliknya ada yang menyelesaikan masalah nya dengan cara-cara yang merusak dan mengotori akidah diantara nya: syirik, kufur, murtad, iri hati, sombong dan sebagai nya.
            Di zaman sekarang ini banyak orang-orang yang memilih cara-cara yang bertentangan dengan akidah islam. Yang mereka inginkan adalah bagaimana masalah tersebut dapat selesai dengan cepat tanpa memikirkan bertentangan tidak nya degan akidah islam. Misalkan mereka datang ke seorang dukun, menggunakan jimat dan sebagai nya. Mereka seakan lupa dengan hakikat dirinya sebagai hamba Allah yang harus menyembah dan meminta pertolongan hanya kepada Nya.
            Allah swt melarang dengan keras perbuatan-perbuatan yang dapat merusak dan mngotori akidah islamiyah diantaranya melakukan perbuatan syirik, kufur, Bid’ah,takhayul,khurafat,dan nifak karena perbuatan tersebut akan menjerumuskan manusia dalam neraka.

B. Rumusan Masalah
1. Apa sajakah hal-hal yang mengotori akidah?

C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami hal-hal mengotori akidah.




BAB II
PEMBAHASAN

            Aqidah dalam islam sering disebut dengan tauhid. Aqidah islam sebagai ilmu tauhid yang muncul pada abad ke 3 Hijriyah, bukanlah suatu hasil penemuan berdasarkan emperis eksperimen, akan tetapi ia merupakan hasil panggilan para ulama’ dari isi yang tersirat dan tersurat dalam Al Qur’an dan Al Hadist. Keyakinan akan adanya Allah merupakan bagian dari hidup manusia yang mana selalu diikuti dengan percaya kepada malaikat, kitab, rasul, hari kiamat dan takdir (rukun iman). Dalam konsep itulah lahirlah ibadah manusia mengabdikan dirinya dengan ibadah sebagai jalan untuk memperdalam keimanan.
            Tidak ada seoarangpun yang dapat menilai tinggi rendahnya keimanan seseorang akan tetapi yang menjadi indicator keimanan seseorang dengan melihat sikap dan tingkah lakunya, aqidah yang dimiliki yang tertanam di dalam hatinya. Bila ketauhidan tertanam dalam jiwanya diikuti dengan amal ibadah dan ditunjang dengan sikap yang mencerminkan nilai-nilai ketauhidan maka itulah orang yang dinamakan muttaqin.
            Bila keimanan seseorang benar-benar tertanam dalam jiwanya maka itu akan menjadi kekuatan bagi manusia itu sendiri. Sehingga hatinya tidak mudah terkotori oleh akidah-akidah yang sudah tidak murni. Dengan tauhid terisilah hati seseorang dengan mengakui dan percaya adanya Dzat Yang Maha Esa. Berikut akan dibahas mengenai hal-hal dapat mengotori akidah.

A. Syirik
1. Definisi Syirik
            Syirik yaitu menyamakan selain Allah dengan Allah swt dalam hal-hal yang menjadi kekhususan-Nya, misalnya berdo’a kepada Allah dengan memalingkan suatu bentuk ibadah kepada selain Allah swt, seperti; menyembelih, bernadzar, berdo’a dan lainnya.[1]
            Barang siapa menyembah kepada selain Allah berarti ia telah meletakkan ibadah bukan pada tempatnya serta memberikan kepada yang tidak berhak mendapatkannya, dan itu adalah kezhaliman yang paling besar. Allah berfirman :
إِنَّ ٱلشِّرۡكَ لَظُلۡمٌ عَظِيمٞ ١٣
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar”. (QS. Al-Lukman 31: 13).
            Allah swt tidak mengampuni pelaku syirik yang meninggal dalam kesyirikannya, firman Allah swt :
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغۡفِرُ أَن يُشۡرَكَ بِهِۦ وَيَغۡفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُۚ وَمَن يُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱفۡتَرَىٰٓ إِثۡمًا عَظِيمًا ٤٨
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar”. (QS. An-Nisa 4: 48).
            Surga di haramkan bagi orang musyrik. Firman Allah swt :
لَقَدۡ كَفَرَ ٱلَّذِينَ قَالُوٓاْ إِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلۡمَسِيحُ ٱبۡنُ مَرۡيَمَۖ وَقَالَ ٱلۡمَسِيحُ يَٰبَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمۡۖ إِنَّهُۥ مَن يُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ فَقَدۡ حَرَّمَ ٱللَّهُ عَلَيۡهِ ٱلۡجَنَّةَ وَمَأۡوَىٰهُ ٱلنَّارُۖ وَمَا لِلظَّٰلِمِينَ مِنۡ أَنصَارٖ ٧٢
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al-Masih putera Maryam", padahal Al-Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun”.(QS. Al-Maidah 5:72).
            Dosa syirik akan menghapuskan semua amal, Allah swt berfirman:
وَلَوۡ أَشۡرَكُواْ لَحَبِطَ عَنۡهُم مَّا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ ٨٨
Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan”.(QS. al-An’am 6: 88).
            Syirik adalah dosa yang paling besar. Rasulullah bersabda: “Maukah kalian aku beritahu tentang dosa yang paling besar?” Kami menjawab: ”ya, Rasulullah!” Beliau bersabda: ”Berbuat syirik kepada Allah swt dan durhaka kepada kedua orang tua”. (HR.Bukhari dan Muslim).
            Sesungguhnya syirik adalah sebuah kekurangan dan aib di mana Allah swt menyucikan diri-Nya dari hal tersebut. Barangsiapa menyekutukan Allah swt berarti dia telah menyematkan kepada Allah sesuatu yang Dia menyucikan diri daripadanya. Dan ini adalah puncak dari pembangkangan, kesombongan dan permusuhan terhadap Allah swt.

2. Jenis-Jenis Syirik
a. Syirik Besar (syirik Akbar)
            Syirik besar dapat mengeluarkan pelakunya dari agama Islam, dan menjadikannya kekal di neraka jika meninggal dalam keadaan belum bertaubat darinya. Syirik besar yaitu, memalingkan sesuatu bentuk ibadah kepada selain Allah swt, seperti; berdo’a kepada selain Allah swt, mendekatkan diri kepada selain Allah dengan menyembelih kurban, bernadzar untuk dipersembahkan kepada kuburan, jin dan setan. Termasuk syirik besar pula, takut kepada orang yang telah meninggal, jin dan setan kalau-kalau mereka memberikan mudharat atau membuatnya sakit. Begitu pula, berharap kepada selain Allah swt atas sesuatu yang tidak mampu dilakukan kecuali hanya Allah swt berupa harapan untuk memenuhi kebutuhan ataupun menghilangkan kesusahan, yang mana hal ini sekarang dilakukan di sekeliling kubah-kubah yang dibangun di atas kuburan para wali dan orang-orang shalih di sebagian wilayah negeri – negeri kaum muslimin.[2] Allah swt berfirman :
وَيَعۡبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمۡ وَلَا يَنفَعُهُمۡ وَيَقُولُونَ هَٰٓؤُلَآءِ شُفَعَٰٓؤُنَا عِندَ ٱللَّهِۚ.... ١٨
Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: "Mereka itu adalah pemberi syafa´at kepada kami di sisi Allah,....”.(QS. Yunus 10:18).
            Syirik Besar ada empat macam :
1) Syirik dalam berdo’a
            Yaitu, seseorang menyertakan selain-Nya bersamaan dalam berdo’a kepada Allah swt. Allah berfirman :
فَإِذَا رَكِبُواْ فِي ٱلۡفُلۡكِ دَعَوُاْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ فَلَمَّا نَجَّىٰهُمۡ إِلَى ٱلۡبَرِّ إِذَا هُمۡ يُشۡرِكُونَ ٦٥
Maka apabila mereka naik kapal mereka mendoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya; maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah)’’. (QA. Al-Ankabut 29:65).
            Sebelumnya harus diketahui, doa terbagi menjadi dua, yaitu :
            Pertama: Do’a Ibadah, seperti: sholat, puasa, zakat, haji dan ibadah-ibadah lainnya. Ibadah-ibadah ini teranggap sebagai do’a, yaitu agar dimasukkan surga dan dijauhkan dari Neraka dengan sebab mengerjakan amalan tersebut. Dan do’a ibadah ini tidak boleh ditujukan kecuali hanya kepada Allah semata, apabila ditujukan kepada selainnya maka pelakunya telah terjatuh dalam perbuatan syirik akbar atau syirik besar. Seperti perbuatan seseorang yang bersujud kepada selain Allah atau berpuasa dengan tidak mengharap pahala Allah tapi dengan niat memperoleh ilmu kekebalan dsb.
            Kedua: Do’a Masalah, seperti meminta rezeki, meminta keturunan atau meminta dilepaskan dari suatu kesulitan. Perbuatan syirik dalam doa masalah ini sebagaian orang yang berdoa kepada selain Allah dengan memohon perkara-perkara yang kemampuan tersebut tidak dimiliki kecuali oleh Allah, seperti berdoa kepada jin, batu, atau dukun untuk diberi keturunan atau rezeki atau dipanjangkan umur. Sebagian lagi berdoa dan memohon kepada jin-jin penunggu laut dan gunung meminta agar hasil tangkapan laut atau hasil pertaniannya melimpah. Maka semua perbuatan ini dan jenisnya adalah tergolong perbuatan syirik akbar atau syirik besar.[3]
            Allah swt berfirman :

وَلَا تَدۡعُ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَا لَا يَنفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَۖ فَإِن فَعَلۡتَ فَإِنَّكَ إِذٗا مِّنَ ٱلظَّٰلِمِينَ ١٠٦ وَإِن يَمۡسَسۡكَ ٱللَّهُ بِضُرّٖ فَلَا كَاشِفَ لَهُۥٓ إِلَّا هُوَۖ وَإِن يُرِدۡكَ بِخَيۡرٖ فَلَا رَآدَّ لِفَضۡلِهِۦۚ يُصِيبُ بِهِۦ مَن يَشَآءُ مِنۡ عِبَادِهِۦۚ وَهُوَ ٱلۡغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ ١٠٧
Dan janganlah kamu memohon/berdo’a kepada selain Allah yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim, jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurnia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.(QS. Yunus : 107).
2) Syirik Niat, Keinginan, dan Tujuan
Yaitu, seseorang menunjukkan suatu bentuk ibadah niat awal, keinginan, dan tujuan kita kepada selain Allah swt,   Allah berfirman :

مَن كَانَ يُرِيدُ ٱلۡحَيَوٰةَ ٱلدُّنۡيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيۡهِمۡ أَعۡمَٰلَهُمۡ فِيهَا وَهُمۡ فِيهَا لَا يُبۡخَسُونَ ١٥ أُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ لَيۡسَ لَهُمۡ فِي ٱلۡأٓخِرَةِ إِلَّا ٱلنَّارُۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُواْ فِيهَا وَبَٰطِلٞ مَّا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ ١٦
            “Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan”.(QS. Hud 11:15-16).
3) Syirik Dalam ketaatan
Yaitu, seseorang menaati selain Allah swt dalam hal bermaksiat kepada Nya. Allah swt berfirman:
ٱتَّخَذُوٓاْ أَحۡبَارَهُمۡ وَرُهۡبَٰنَهُمۡ أَرۡبَابٗا مِّن دُونِ ٱللَّهِ وَٱلۡمَسِيحَ ٱبۡنَ مَرۡيَمَ وَمَآ أُمِرُوٓاْ إِلَّا لِيَعۡبُدُوٓاْ إِلَٰهٗا وَٰحِدٗاۖ لَّآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَۚ سُبۡحَٰنَهُۥ عَمَّا يُشۡرِكُونَ ٣١
Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah d      an (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan”. (QS. At-Taubah 9 : 31).

Dan tafsir ayat ini yang maknanya sudah jelas yaitu ketaatan kepada ulama dan ahli dalam perkara maksiat, dan bukanlah yang dimaksud mereka berdoa (beribadah) kepada mereka. Sebagaimana Nabi menafsirkan ayat ini kepada Adibin Hatim Radhiyallahu anhu ketika beliau bertanya kepada Rasulullah , beliau Radhiyallahu anhu berkata : ”Tidaklah kami beribadah kepada mereka” maka Rasullulah mengatakan kepadanya :”yang dimaksud dengan beribadah kepada mereka yaitu menaati mereka dalam kemaksiatan”.(Hadits dari Adi bin Hatim Radhiyallahu anhu. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad (3/378) Tirmidzi (2954) Ibnu Hibban (7206). Dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shohih Sunan Tirmidzi (31/56).

Dan pada kenyataannya hal ini sering kita temui di sekitar kita, suatu perkara yang sudah jelas dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah tentang keharaman atau kehalalannya dengan enteng bisa dibantah seseorang dengan kalimat “tapi kata kyai saya gak haram kok” atau dengan kata – kata yang lebih halus “maknanya bukan seperti itu, kata ustadz saya....” Dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah dikalahkan dengan ucapan ustadz, kyai,guru atau syaikhnya.[4]

4) Syirik Dalam Kecintaan (Mahabbah)
Yaitu, seseorang menyamakan kecintaannya kepada selain Allah swt dengan Nya. Allah swt berfirman :

وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ ٱللَّهِ أَندَادٗا يُحِبُّونَهُمۡ كَحُبِّ ٱللَّهِۖ ....١٦٥
Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah”.(QS. Al-Baqarah 2 : 165).
b. Syirik Kecil (Syirik Asghor)
    Syirik kecil tidak sampai mengeluarkan pelakunya dari agama Islam, akan tetapi dapat mengurangi kesempurnaan tauhid. Dan ia bisa menjadi perantara menuju syirik besar.
Syirik kecil ada dua macam :
1) Syirik Zahir (Nampak)
Yaitu, syirik yang nampak dengan ucapan misalnya, bersumpah dengan nama selain Allah swt. Rasulullah bersabda : “Barangsiapa bersumpah dengan selain Allah swt, maka dia telah berbuat kufur atau syirik. (HR. At-Tirmidzi dan beliau menghukuminya Hasan dan di shahihkan oleh Al-Hakim).
Dan termasuk didalamnya ucapan seseorang: ”Atas kehendak Allah swt dan kehendak mu”. Berdasarkan sabda Rasullulah ketika ada seorang laki – laki
yang berkata kepada beliau, ”Atas kehendak Allah swt dan kehendakmu”. Lantas beliau bersabda :”Apakah kamu hendak menjadikanku tandingan bagi Allah swt? Ucapkan atas kehendak Allah saja”.(HR.An-Nasa’i).
Adapun yang berbentuk perbuatan, seperti: memakai kalung dan tali untuk tujuan mengusir atau menangkal mara bahaya. Termasuk syirik pula, menggantungkan jimat karena takut terkena ‘ain’ atau yang lainnya. Jika dia meyakini bahwa perbuatannya itu menjadi sebab (perantara) diangkatnya mara bahaya atau bisa menangkalnya,maka hal itu termasuk syirik kecil. Karena Allah tidak menjadikan perbuatan-perbuatan di atas menjadi sebab (hilangnya bala’ dan mara bahaya). Adapun jika ia meyakini bahwa benda-benda itu dengan sendirinya dapat mengusir dan menangkal mara bahaya,maka ini adalah syirik besar, sebab dia telah menggantungkan diri kepada selain Allah swt.
2) Syirik Khafi (Tersembunyi)
Yaitu, syirik dalam hal keinginan dan niat, seperti: riya’, misalnya melakukan suatu amalan tertentu untuk mendekatkan diri kepada Allah swt akan tetapi dia mengharapkan darinya pujian orang seperti membagus-baguskan shalat, bersedekah supaya mendapat pujian dan sanjungan, selalu melafazhkan dzikir dan memperindah bacaan qur’annya supaya di dengar orang sehingga mereka mamuji dan menyanjungnya. Riya’ itu jika mencampuri suatu amalan pasti akan menjadikannya batal dan rusak, maka ikhlas dalam beramal adalah sebuah keharusan.[5] Allah swt berfirman :
فَمَن كَانَ يَرۡجُواْ لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلۡيَعۡمَلۡ عَمَلٗا صَٰلِحٗا وَلَا يُشۡرِكۡ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدَۢا ١١٠

            “Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Rabbnya".(QS. Al-Kahfi 18:110).
Rasulullah bersabda :”Yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil”, para sahabat bertanya, ”wahai Rasulullah! Apakah syirik kecil itu?” Beliau menjawab,” yaitu Riya”. (HR.Ath-Thabrani dan Al-Baghawi dalam Syarh As-Sunnah).
Salah satu contoh syirik dilarang keras memakai gelang, benang dan sejenisnya untuk maksud-maksud tertentu.[6] Rasulullah bersabda :”Barangsiapa menggantungkan tamimah (sesuatu yang dikalungkan di leher anak – anak sebagai penangkal/pengusir penyakit,pengaruh jahat yang disebabkan dengki seseorang,dll. Semoga Allah tidak mengabulkan keinginannya dan barangsiapa menggantungkan mada’ah (suatu yang diambil dari laut menyerupai rumah kerang; menurut anggapan orang – orang jahiliyah dapat digunakan sebagai penangkal penyakit. Semoga Allah tidak memberi ketenangan pada dirinya ,dan maka dia telah berbuat syirik.(HR.Ahmad).

B. Kufur
1. Definisi Kufur
    Kufur secara bahasa artinya adalah ‘menutupi’. Adapun secara istilah, kufur adalah tidak beriman kepada Allah swt dan Rasul Nya baik disertai dengan mendustakannya ataupun tidak.
    Kufur menurut syariat adalah menolak kebenaran setelah mengetahuinya. Ini berarti bahwa dia telah melakukan sesuatu yang tidak bertentangan ajaran islam dan tidak membatalkan iman, maka orang yang demikian tidak dianggap kufur, kecuali bila telah sampai kepadanya keterangan yang hak, tetapi ia masih tetap menolak nya, sebagaimana telah diterangkan dalam definisi iman, tuntutan, dan hal hal yang membatalkannya.
    Demikian juga tidak di anggap kufur orang yang mengucapkan dua kalimat syahadat, kemudian dia melakukan hal hal yang membatalkan iman karena bodoh. Tetapi jika dia mengetahui bahwa hal hal yang dilakukan nya itu mengeluarkan dia dari landasan iman, namun dia masih ingkar, berarti dia telah kufur. Dalam hal ini, kita memohon perlindungan Allah dari hal hal yang demikian.
    Sebagian sahabat telah melakukan perkara yang membatalkan iman itu, karena mereka sebelum nya tidak mengetahui hukum nya. Rasullulah saw murka terhadap mereka, tetapi beliau tidak menganggap mereka telah keluar dari landasan iman.[7]
2. Jenis-Jenis Kufur
a. Kufur Besar
            Kufur besar dapat mengeluarkan pelakunya dari agama Islam. Kufur besar ada lima macam, yaitu :
1) Kufur karena mendustakan. Dalilnya adalah firman Allah  swt :
وَمَنۡ أَظۡلَمُ مِمَّنِ ٱفۡتَرَىٰ عَلَى ٱللَّهِ كَذِبًا أَوۡ كَذَّبَ بِٱلۡحَقِّ لَمَّا جَآءَهُۥٓۚ أَلَيۡسَ فِي جَهَنَّمَ مَثۡوٗى لِّلۡكَٰفِرِينَ ٦٨
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan yang hak tatkala yang hak itu datang kepadanya? Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang kafir”.(QS. Al-Ankabut 29:68).
2) Kufur karena Enggan dan Sombong meskipun membenarkannya. Dalilnya adalah firman Allah swt :

وَإِذۡ قُلۡنَا لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ ٱسۡجُدُواْ لِأٓدَمَ فَسَجَدُوٓاْ إِلَّآ إِبۡلِيسَ أَبَىٰ وَٱسۡتَكۡبَرَ وَكَانَ مِنَ ٱلۡكَٰفِرِينَ ٣٤

            “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir”.(QS. Al-Baqarah 2:34).
3) Kufur karena ragu – ragu, yaitu prasangka. Dalilnya adalah firman Allah swt :
وَدَخَلَ جَنَّتَهُۥ وَهُوَ ظَالِمٞ لِّنَفۡسِهِۦ قَالَ مَآ أَظُنُّ أَن تَبِيدَ هَٰذِهِۦٓ أَبَدٗا ٣٥ وَمَآ أَظُنُّ ٱلسَّاعَةَ قَآئِمَةٗ وَلَئِن رُّدِدتُّ إِلَىٰ رَبِّي لَأَجِدَنَّ خَيۡرٗا مِّنۡهَا مُنقَلَبٗا ٣٦ قَالَ لَهُۥ صَاحِبُهُۥ وَهُوَ يُحَاوِرُهُۥٓ أَكَفَرۡتَ بِٱلَّذِي خَلَقَكَ مِن تُرَابٖ ثُمَّ مِن نُّطۡفَةٖ ثُمَّ سَوَّىٰكَ رَجُلٗا ٣٧ لَّٰكِنَّا۠ هُوَ ٱللَّهُ رَبِّي وَلَآ أُشۡرِكُ بِرَبِّيٓ أَحَدٗا ٣٨
            Dan dia memasuki kebunnya sedang dia zalim terhadap dirinya sendiri; ia berkata: "Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya. Dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang, dan jika sekiranya aku kembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik dari pada kebun-kebun itu". Kawannya (yang mukmin) berkata kepadanya -- sedang dia bercakap-cakap dengannya: "Apakah kamu kafir kepada (Tuhan) yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna. Tetapi aku (percaya bahwa): Dialah Allah, Tuhanku, dan aku tidak mempersekutukan seorangpun dengan Tuhanku”. (QS. Al-Kahfi 18:35-38).
4) Kufur karena Berpaling. Dalilnya firman Allah swt :
وَٱلَّذِينَ كَفَرُواْ عَمَّآ أُنذِرُواْ مُعۡرِضُونَ ٣
            Dan orang-orang yang kafir berpaling dari apa yang diperingatkan kepada mereka”.(QS. Al-Ahqaf 46:3).
5) Kufur karena Nifaq. Dalilnya firman Allah swt :
ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمۡ ءَامَنُواْ ثُمَّ كَفَرُواْ فَطُبِعَ عَلَىٰ قُلُوبِهِمۡ فَهُمۡ لَا يَفۡقَهُونَ ٣
            “Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti”. (QS. Al-Munafiqun 63:3).
b. Kufur kecil
            Kufur kecil, yaitu kufur yang tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama islam. Disebut juga dengan kufur amali, yaitu seluruh dosa yang disebutkan dalam Al-Kitab dan As-Sunnah dengan nama kufur namun tidak sampai pada tingkatan kufur besar, misalnya adalah kufur nikmat[8] yang sebutkan dalam firman Allah swt :
يَعۡرِفُونَ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ ثُمَّ يُنكِرُونَهَا وَأَكۡثَرُهُمُ ٱلۡكَٰفِرُونَ ٨٣
            Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir”. (QS. An-Nahl 16:83).
C. Nifaq (Munafik)
1. Definisi Nifak
            Nifaq secara bahasa berasal dari kata nafiqa’, yakni sebuah lubang tempat keluarnya yarbu’ (hewan sejenis tikus) dari sarangnya, di mana jika dikejar dari salah satu lubang maka ia akan lari keluar dari arah lubang yang lainnya. Ada juga yang mengatakan bahwa nifaq berasal dari kata nafaq yang berarti lubang tempet bersembunyi.
    Adapun secara istilah, nifaq yaitu menampakkan keislaman dan kebaikan akan tetapi menyembunyikan kekufuran dan keburukan.
2. Jenis-Jenis Nifaq           
a. Nifaq I’tiqadi (Keyakinan)
            Nifaq I’tiqad (keyakinan) adalah nifaq besar, yaitu seseorang menampakkan keislaman dan menyembunyikan kekufuran. Jenis nifaq ini menyebabkan keluar dari agama islam dan pelakunya akan berada di tempat paling dasar di neraka. Allah swt telah menyifati mereka dengan sifat-sifat yang buruk seperti: kufur, tidak beriman, mengolok-olok agama islam dan pemeluknya, menghina orang beriman, condong kepada musuh dan ikut bergabung bersama mereka dalam menerangi agama islam. Orang munafik dengan sifat-sifat seperti itu akan senantiasa ada setiap zaman. Terlebih ketika kejayaan islam mulai nampak dan mereka tidak mampu melawannya secara terang-terangan. Pada keadaan seperti ini mereka akan berpura-pura masuk islam dengan tujuan membuat tipu daya kepada kaum muslimin dengan sembunyi-sembunyi. Juga supaya mereka bisa hidup tenang bersama kaum muslimin dan terlindungi nyawa dan hartanya. Oleh karena itu, mereka menampakkan keimanan kepada Allah swt, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari kiamat, namun pada hakikatnya mereka berlepas dari dari semua itu dan mendustakannya.
            Nifaq I’tiqad ada empat macam :
1) Mendustakan Rasulullsh l atau mendustakan sebagian dari ajaran yang beliau bawa.
2) Membenci Rasulullah atau membenci sebagian atau dari ajaran yang beliau bawa.
3) Bergembira dengan kemunduran agama Rasulullah .
4) Tidak senang dengan kemenangan yang di peroleh agama Rasulullah .
b. Nifaq Amali (Perbuatan)         
            Nifaq Amali yaitu melakukan perbuatan yang menjadi ciri khas orang-orang munafik, dengan masih adanya keimanan pada hatinya. Nifaq jenis ini tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama islam akan tetapi hal itu dapat menjadi perantara menuju ke sana. Pelaku nifaq amali ini berada di antara iman dan nifaq, jika unsur nifaq nya semakin banyak dan dominan maka bisa menjadikannya jatuh dalam nifaq yang sejati,[9] berdasarkan sabda Rasulullah : “Empat perkara yang jika ada pada diri seseorang maka ia menjadi seorang munafik sejati, dan jika hanya terdapat salah satu darinya maka berarti pada dirinya terdapat bagian dari sifat munafik, sampai dia meninggalkannya sama sekali: jika diberi amanah dia berkhianat, jika berbicara dia berdusta, jika berjanji dia mengingkari,jika berseteru dia curang. (HR. Bukhari dan Muslim).

D. Bid’ah
1. Definisi Bid’ah
            Bid’ah berasal dari bahasa arab a-bad’u, yakni membuat perkara baru yang tidak ada contoh sebelumnya. Bid’ah yang dimaksudkan disini adalah dalam bidang akidah, ialah segala keperayaan yang diada-adakan oeh manusia terhadap sesuatu yang gaib.[10] Seperti firman Allah swt :
بَدِيعُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۖ وَإِذَا قَضَىٰٓ أَمۡرٗا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ ١١٧
Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah!" Lalu jadilah ia. (QS. A-Baqarah:117).
            Maksudnya, Allahlah yang menciptakan langit dan bumi tanpa ada contoh sebelumnya. Firman Allah surah al-ahqaf ayat 9 berikut:
قُلۡ مَا كُنتُ بِدۡعٗا مِّنَ ٱلرُّسُلِ وَمَآ أَدۡرِي مَا يُفۡعَلُ بِي وَلَا بِكُمۡۖ إِنۡ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَىٰٓ إِلَيَّ وَمَآ أَنَا۠ إِلَّا نَذِيرٞ مُّبِينٞ ٩
            Katakanlah: "Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul dan aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula) terhadapmu. Aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan. (QS.al-Ahqaf: 9)
            Maksudnya aku bukanlah orang yang pertama kali membawa risalah dari Allah swt kepada para hamba, akan tetapi sudah banyak para rasul yang mendahuluiku.
            Bid’ah ada dua jenis, yaitu bid’ah dalam perkara agama dan bid’ah daam perkara dunia.[11]
            Pertama, Bid’ah dalam perkara dunia, seperti penemuan – penemuan teknologi modern. Hal ini hukumnya boleh, karena hukum asal dalam urusan dunia adalah boleh.
            Kedua, Bid’ah dalam perkara Agama, ini hukumnya haram,sebab hukum asal suatu ibadah adalah tauqifi(ada landasan dalil). Rasulullah bersabda: ”barangsiapaa yang mengada – ngada suatu hal yang baru dalam urusan kami ini (agama) yang bukan bagian darinya, maka ia tertolak”.(HR. Bukhari dan Muslim).
2. Macam-macam Bid’ah dalam Agama
            Pertama, Bid’ah dalam ucapan dan keyakinan.
             Kedua, Bid’ah dalam beribadah. Seperti beribadah kepada Allah swt dengan bentuk ibadah yang tidak dicontohkan. Bid’ah ini banyak jenisnya :
a. Bid’ah yang terjadi pada asal – usul atau sumber ibadah. Misalnya membuat suatu bentuk ibadah yang tidak ada dasarnya dalam syar’iat. Seperti shalat yang tidak di syar’iat kan dan membuat puasa yang tidak ada landasan syar’iat nya.
b. Bid’ah berupa penambahan terhadap ibadah yang dasarnya di syar’iatkan. Seperti mernambahi rakaat shalat zhuhur atau ashar menjadi 5 rakaat.
c. Bid’ah yang terjadi pada tata cara pelaksanaan ibadah, misalnya melakukan zdikir berjama’ah dengan suara dan nada yang sama.
d. Bid’ah berupa pengususan waktu tertentu waktu ibadah,seperti mengususkan siang dan malam nisfu sya’ban (pertengahan bulan sya’ban). Untuk melakukan puasa dan tahajud.[12]
            Bahaya bid’ah bagi agama, pribadi dan masyarakat Islam antara lain adalah:
a. Bid’ah merusak kemurnian agama,
b. Bid’ah adalah sumber perpecahan,
c. Bid’an menyuburkan kejahilan,
d. Bidah adaah sesat dan menyesatkan pelaku bid’ah. [13]
E. TAKHAYUL
            Takhayul adalah segala keperayaan dan pandangan terhadap perkara gaib yang bersumber kepada khayalan, persangkaan-persangkaan atau perkiraan-perkiraan yang sama sekali tidak ada keterangannya dari A-Qur’an dan Hadits yang shaheh.[14]
            Contoh takhayul: wanita hamil harus selalu membawa gunting sebagai penolak bala, jangan pernah memberikan hadiah saputangan kepada tunangan karena ini akan menyebabkan putusnya hubungan, dan jika wanita hamil ngidam makanan tertentu tidak dipenuhi kelak anak yang ahir akan suka ngences.
           
F. KHURAFAT
          Khurafat ini banyak ditemukan dalam masalah “kewalian” yang sementara berkembang dimasyarakat kita. Banyak cerita yang menggambarkan keramatnya para wali, seperti meramalkan nasib, bisa terbang keangkasa, berangkat ke Mekah dengan sekejab, dll.[15]
            Contoh lainnya adalah kokok ayam di tengah malam bermakna isyarat wanita hamil diluar nikah,selamatan tujuh bulan dalam kandungan, dan musibah karena mendahului kakaknya menikah.










BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
            Aqidah berpangkal pada keyakinan “Tauhid” yaitu keyakinan tentang wujud Allah,Tuhan yang Maha Esa, tidak ada yang menyekutui Nya,baik dalam dzat,sifat-sifat maupun perbuatan Ny. Suatu Aqidah akan sempurna,dan seseorang akan mempunyai aqidah hanya bila perbuatan,gerak-gerik,dan seluruh tindakannya semata-mata bersumber dari aqidah itu. Sebaliknya penyimpangan aqidah akan terjadi apabila antara ucapan dan perbuatan berbeda. Untuk mencapai kesempurnaan Aqidah,seseorang harus menghindarkan diri dari hal-hal yang mengotori Aqidah,diantaranya: syirik,kufur,nifaq,bid’ah,takhayul,dan khurafat.














DAFTAR PUSTAKA

Al-Fauzan, Shalih bin Fauzan bin Abdullah. 2015. Kitab Tauhid. (Solo: Pustaka Arafah).
Al-Tammi, Syaikh Muhammad. 1404 H. Kitab Tauhid. (Riyadh: Ar-Ri’asah Al-Ammah Li Idarat Al-Buhuts Al-Ilmiyah Wal Ifta Wa-Da’wah Wal-Irsyad).
Al-Wajibat, dkk, http://assamarindy.com.
Rahman, Abdul & Abdul Khalid. 1996. Garis Pemisah antara Kufur dan Iman. (Jakarta: Bumi Aksara).
Ya’qub, Hamzah. 1988. Pemurnian Akidah dan Syari’at Islam. (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya).
                                               


[1]Shalih bin Fauzan bin Abdullah al-Fauzan, Kitab Tauhid, (Solo: Pustaka Arafah, 2015), hlm. 15.
[2] Ibid., hlm. 17.
[3] Al-Wajibat, dkk, http://assamarindy.com.
[4] A-Wajibat, dkk, http://assamarindy.com.
[5] Shalih bin Fauzan bin Abdullah al-Fauzan, Kitab Tauhid, (Solo: Pustaka Arafah, 2015), hlm. 21.
[6] Syaikh Muhammad A-Tammi, Kitab Tauhid, (Riyadh: Ar-Ri’asah Al-Ammah Li Idarat Al-Buhuts Al-Ilmiyah Wal Ifta Wa-Da’wah Wal-Irsyad, 1404 H), hlm. 55.
[7] Abdul Rahman & Abdul Khalid, Garis Pemisah antara Kufur dan Iman, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm.  76.

[8] Shalih bin Fauzan bin Abdullah al-Fauzan, Kitab Tauhid, (Solo: Pustaka Arafah, 2015), hlm. 23-25.
[9] Ibid., hlm. 29-30.
[10] Hamzah Ya’qub, Pemurnian Akidah dan Syari’at Islam, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1988),  hlm. 57.
[11] Shalih bin Fauzan bin Abdullah al-Fauzan, Kitab Tauhid, (Solo: Pustaka Arafah, 2015), hlm. 139.
[12] Ibid., hlm. 139-140.
[13] Hamzah Ya’qub, Pemurnian Akidah dan Syari’at Islam, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1988),   hlm. 88.
[14] Ibid., hlm. 57.
[15] Ibid., hm. 58.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright © Nelly Agustin Education. Template created by Volverene from Templates Block
WP by Simply WP | Solitaire Online