Pages

Makalah Perencanaan Pembelajaran mengenai Prinsip-Prinsip dan Langkah-Langkah Pemilihan Bahan Ajar

Nelly Agustin
PAI

Pembahasan


A.    Prinsip-Prinsip Pemilihan Bahan Ajar
Prinsip adalah suatu kebenaran dasar sebagai titik tolak untuk berfikir atau merupakan suatu petunjuk untuk berbuat/melaksanakan sesuatu.[1]
Kata prinsip menunjuk pada suatu hal yang sangat penting, mendasar keyakinan, harus diperhatikan, memiliki sifat mengatur dan mengarahkan, serta sesuatu yang biasanya selalu terjadi atau ada pada suatu dan kondisi yang serupa.[2]
Suatu bahan ajar haruslah memiliki dasar prinsip-prinsip tertentu supaya secara strategis segala bahan ajar yang telah dibicarakan dapat sampai pada peserta didik dengan optimal.
Terdapat lima prinsip dasar pemilihan bahan ajar, yaitu: relevansi, efektifitas, efisiensi, kontinuitas, dan fleksibilitas.[3]
1.      Prinsip relevansi
Secara umum istilah relevansi pendidikan dapat diartikan sebagai kesesuaian atau keselarasan pendidikan dengan tuntutan kehidupan. Bahan ajar dapat dipandang relevan bila hasil yang diperoleh dari bahan ajar tersebut berguna atau fungsional bagi kehidupan.
Dengan kata lain bahan ajar dikatakan relevan jika perlulusan yang dihasilkan sekolah dapat berguna bagi kehidupan masyarakat. Sebaliknya, jika kompetensi para lulusan sekolah kurang fungsional dalam kehidupan, berarti bahan ajar yang diajarkan kurang relevan dengan kehidupan.[4]
Masalah relevansi ini dapat ditinjau dari lima segi yang ditinjau dari dimensi eksternal, yaitu:
a.       Relevansi dengan ajaran islam
b.      Relevansi dengan perkembangan kehidupan masa sekarang dan masa yang akan datang
c.       Relevan dengan kebutuhan anak didik[5]
Kebutuhan siswa yan pokok adalah bahwa mreka ingin berkembang berdasarkan potensi yang dimilikinya. Maka dari itu setiap materi pelajaran yang akan disajikan hendaknya sesuai dengan usaha untuk mengembangkan pribadi siswa secara utuh dan bulat. Beberapa aspek di antaranya adalah pengetahuan, sikap dan pengetahuan.
d.      Relevansi dengan lingkungan hidup anak didik
e.       Relevansi dengan tuntutan dunia pekerjaan
Sedangkan, relevansi internal adalah relevansi yang berkaitan dengan isi/ bahan ajar  itu sendiri. Harus sesuai dengan kurikulum dan anak didiknya.[6]
Relevansi internal adalah bahwa setiap bahan ajar harus memiliki keserasian antara komponen-komponennya, yaitu keserasian antara tujuan yang harus dicapai, isi, materi, dan pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa, strategi atau metode yang digunakan serta alat penilaian untuk melihat tercapainya tujuan.[7] Yang menunjukkan keutuhan dari suatu bahan ajar.
2.      Prinsip efektivitas
Maksud efektivitasnya bahan ajar di sini adalah berkenaan dengan sejauh mana apa yang diajarkan itu dapat terlaksana atau tercapai. Berapa persenkah bahan ajat yang akan/telah diajarkan sesuai dengan perencanaan yang diinginkan.
            Jika hal-hal yangdapat dilaksanakan dan dicapai menunjukkan persentase yang lebih besar, paling tidak, tidak jauh dari perencanaan, maka dapat dikatakan bahwa hal tersebut cukup efektif.[8]
            Efektivitas bahan ajar ini dapat ditinjau dari dua segi, yaitu:
a.       Efektivitas mengajar guru
Yaitu bagaimana metode/cara seorang guru tersebut dalam menyampaikan suatu bahan ajar kepada anak didiknya. Apabila cara yang digunakan dalam menyampaikan bahan ajar sesuai atau efektif, maka tidak menutup kemungkinan prinsip efektivitas telah terwujud.
b.      Efektivitas belajar anak didik
Terlihat efektifitas dari bahan ajar tersebut apabila murid dapat memahami dan mengaplikasikan bahan ajar tersebut di dalam proses belajarnya.
3.      Prinsip efisiensi
Bahan ajar yang akan dipilih haruslah efisien. Efisian di sini adalah perbandingan antara input  dan output dalam belajar. Atau hasil dan usaha belajar. Peserta didik paham dengan bahan ajar yang diajarkan secara cepat dan tanpa mengeluarkan usaha belajar yang berlebihan. Seperti waktu, alat, dan tenaga. Sehingga akan menghasilkan efisiensi pembiayaan. Walaupun buktinya dari prinsip ini sangat sukar untuk diterapakan.
Prinsip efisiensi sering dikonotasikan (disamakan/analogi) prinsip ekonomi yang berbunyi, ‘dengan modal atau biaya tenaga dan waktu sekecil-kecilnya akan mencapai hasil yang memuaskan’.[9]
4.      Prinsip kontinuitas/kesinambungan
Diharapkan bahan ajar yang akan diajarkan sesuai dengan tingkatan-tingkatannya, supaya terjadinya kesinambungan dalam proses mengajar. Seperti contoh, anak kelas I SD diajarkan perhitungan (penjumlahan/pengurangan), setelah pada waktu TK ia diajarkan simbol-simbol hitung dan jenis angka-angka.
Dalam prinsip ini dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu kesinambungan antar berbagai bidang studi dan kesinambungan antar berbagai tingkat sekolah.[10] Sebagaiman contoh di atas.
5.      Prinsip fleksibilitas(keluwesan)
Hendaknya bahan ajar yang akan diajarkan bersifat fleksibilitas atau lentur (tidak kaku). Misalnya, bahan ajar tersebut dapat dianalogikan dalam penyampaiannya. Sehingga anak didik akan mudah dalam memahami bahan yang diajarkan kepada mereka.

B.     Kriteria Bahan Ajar Yang Baik
            Sebelum kita mengetahui kriteria bahan ajar yang baik. Terlebih dahulu yang harus kita ketahui adalah apa yang dimaksud dengan kriteria. Kriteria adalah ukuran dasar penilaian sesuatu. Mengukur suatu hal dengan menilainya, apakah baik atau kurang baik,atau malah sangat tidak baik.
Kriteria pokok pemilihan bahan ajar atau materi pembelajaran adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal ini berarti bahwa materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru di satu pihak dan harus dipelajari siswa di lain pihak hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benar-benar jmenunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar.
            Pemilihan materi pelajaran tentu saja harus sejalan dengan ukuran-ukuran (kriteria) yang digunakan untuk memilih isi kurikulum bidang studi yang bersangkutan. Berikut adalah tabel dari kriteria-kriterianya dan sasaran dari kriteria tersebut:[11]
Kriteria
Sasaran
a.       Akurat dan up to date
·         Sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan penemuan-penemuan baru dalam bidang teknologi.
b.      Kemudahan
·         Untuk memeahami prinsip, generalisasi, dan memperoleh data.
c.       Kerasionalan
·         Mengembangkan kemampuan berfikir rasional, bebas dan logis.
d.      Esensial
·         Untuk mengembangkan moralitas penggunaan pengetahuan.
e.       Kemaknaan
·         Bermakna bagi siswa dan perubahan sosial.
f.       Keberhasilan
·         Merupakan ukuran keberhasilan untuk mempengaruhi tingkahlaku siswa.
g.      Keseimbangan
·         Mengembangkan pribadi siswa secara seimbang dan menyeluruh.
h.      Kepraktisan
·         Mengarahkan tindakan sehari-hari dan untuk mempelajari berikutnya.

Kriteria bahan ajar yang baik dan akan dikembangkan dalam sisitem intruksional adalah sebagai berikut:
1.      Bahan pengajaran agama Islam harus dapat mengisi falsafah negara Pancasila[12]
            Pancasial merupakan pandangan hidup bangsa dan pandangan hidup negara Republik Indonesia. Agama Islam adalah tuntunan bagi seluruh umat manusia. Maka dari itu pendidikan agama bukan hanya sekedar mengisi pelaksanaan sila pertama dari sila Pancasila, tetapi juga pengisian terhadap sila-sila yang lain.
2.      Materi pelajaran atau bahan ajar hendaknya sesuai dengan/menunjang tercapainya tujuan intruksional[13]
Tujuan instruksional yaitu tujuan yang dapat tercapai pada saat berlangsungnya proses belajar-mengajar atau tujuan yang sangat ditentukan oleh proses balajar mengajar yang ada, antara lain sangat dipengaruhi oleh adanya: kompetensi pendidik, fasilitas belajar, anak didik, metode, lingkungan, dan faktor lainnya.[14]
Dapat disimpulkan bahan ajar yang digunakan harus dapat sesuai dengan peserta didik secara operasional, yaitu memahamkan pada saat proses belajar- mengajar hari itu atau saat itu juga. Baik secara kognitif (penguasaan pengetahuan atau intelektual), afektif (bersangkuta dengan sikap mental, perasaan dan kesadarn anak didik)[15] dan secara psikomotorik (tingkahlaku yang nyata dan dapat diamati).
3.      Bahan pengajaran agama hendaknya mengutamakan ajaran yang pokok-pokok dan menyeluruh[16]
Ajaran yang pokok-pokok maksudnya adalah ajaran yang menjadi pokok atau inti ajaran agama, ajaran agama yang mendasar namun penting. Ajaran agama yang utama dan umum diterima. Tidak menyulitkan dan bersifat asing bagi anak didik khusunya dan bagi pendidik ituu sendiri.
Sebagaimana ajara inti atau pokok, dapat dikatakan jika seseoramg tidak memilikinya, ia bukanlah atau tidak dapat dinamakan muslim secara utuh.[17]
4.      Bahan ajar harus sesuai dengan tingkat pendidikan/perkembangan siswa pada umumnya[18]
Bahan ajar yang digunakan haruslah sesuai dengan keadaan lingkungan, fasilitas, dan kemampuan siswa yang bersangkutan. Seperti antar kelas (kelas II dengan kelas V), apalagi antar tingkat satuan pendidikan (SLTP dengan SLTA).
Walaupun bahan pengajaran dalam kurikulum telah diusahakan agarsesuai dengan tingkat perkembangan dan tingkat kematangan anak, namun dalam pengembangannya sering tampak masih terabaikan, karena terdesak oleh “kehendak” untuk memuatkan “segala hal” yang dianggap harus diajarkan kepada anak.[19]
Kitabukanlah hanya sebagai sorang pengajar, tapi juga sebagai pendidik dan juga pembimbing bagi anak didik yang memiliki berbagai macam latar belakang tertentu atau berbeda-beda.
5.      Bahan ajar hendaknya diorganisasikan secara sistematis dan berkesinambungan[20]
Pengorganisasian belajar berarti penataan interaksi belaja-mengajar yang memungkinkan terjadinya proses belajar pada diri anak didik.[21] Dengan pengorganisasian secara sistematis akan dihasilkan keterurutan dalam pemahaman yang lebih mudah untuk setiap anak didik. Seperti contoh berikut sebelum membahas jenis-jenis mamalia kita harus mengetahui lebih dahulu apakah pengertian dari mamalia itu sendiri.
Dapat juga dikatan bahwa sistematis di sini adalah memulai dari yang umum ke yang khusus, dari yang mudah ke yang rumit, dari yang sempit ke yang luas. Sehingga proses dalam belajar akan berjalan sesuai dengan tingkatannya.
Berkesinambungan atau kontinu berarti bahan pengajaran itu berlanjut maju, bertambah meluas dan mendalam, sesuai dengan sisitem lembaga pendidikan kita.[22] Upaya untuk memperdalam memperluas, dan mengintensifkan bahan-bahan yang telah diberikan sebelumnya, selaras dengan tingkat perkembangan, kematangan dan lingkungan kehidupan anak didik.
6.      Bahan ajar hendaknya mencakup hal-hal yang bersifat faktual maupun konseptual[23]
Maksud faktual di sini yaitu bahan ajar yang bersifat konkret dan mudah diingat, sedangkan bahan ajar yang bersifat konseptual adalah bahan ajar yang berisikan konsep-konsep abstrak, dan memerlukan pemahaman yang lebih dalam.

C.    Langkah-Langkah Pemilihan Bahan Ajar
Langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum memilih bahan ajar yaitu harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:[24]
1.      Tujuan pengajaran
Maksudnya yaitu apabila ingin memilih suatu bahan ajar yang akan di ajarkan haruslah mengacu pada tujuan intruksional yang ingin dicapai.
2.      Pentingnya bahan
Bahan ajar yang dipilih hendaknya adalah bahan ajar yang benar-benar penting, baik dalam fungsimempelajari bahan berikutnya maupun dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3.      Nilai praktis
Bahan ajar yang hendak dipilih haruslah memiliki nilai praktis atau nilai yang bermanfaat dan dapat diterapkan dikehidupan sehari-hari. Atau dapatjugadikatakan bermakna bagi para siswa.
4.      Tingkat perkembangan peserta didik
Dalam pemilihan bahan ajar, bahan ajar yang dipilih haruslah sesuai dengan timhkat perkembangan peserta didik. Seperti peserta didik kelas II SD berbeda bahan ajarnya dengan siswa kelas VI.
5.      Tata urutan
Setelah semua bahan ajar didapatkan, langkah terakhir adalah tata urut. Tata urutan dalam pemilihan bahan ajar berguna untuk mengurutkan bahan-bahan ajar yang telah didapatkan. Guna mempermudah peserta didik dalam memahami dan mengaplikasikan bahan ajar yang telah diajarkan kepada mereka.dan mempermudahpendidik dalam memahamkan dan menyampaikan bahan ajar tersebut.
Secara garis besar langkah-langkah pemilihan bahan ajar meliputi:
1.      Pertama-tama mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang menjadi acuan atau rujukan pemilihan bahan ajar.
2.      Langkah berikutnya adalah mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar.
3.      Langkah ketiga memilih bahan ajar yang sesuai atau relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah teridentifikasi tadi.
Terakhir adalah memilih sumber bahan ajar.


[1] Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal. 220.
[2] Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013, cet: 3), hal. 28.
[3] Zakiah Daradjat, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011, cet: 5), hal.182.
[4] Haiatin Chasanatin, Pengembangan Kurikulum,(Lampung: STAIN Jurai Siwo Metro & Yogyakarta: Kaukaba Dipantara, 2015), hal. 43.
[5] Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal. 223.
[6] Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013, cet: 3), hal.32.
[7] Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013, cet 5), hal: 39.
[8] Haiatin Chasanatin, Pengembangan Kurikulum,(Lampung: STAIN Jurai Siwo Metro & Yogyakarta: Kaukaba Dipantara, 2015), hal. 45.
                                                     
[9] Haiatin Chasanatin, Pengembangan Kurikulum,(Lampung: STAIN Jurai Siwo Metro & Yogyakarta: Kaukaba Dipantara, 2015), hal. 46
[10] Haiatin Chasanatin, Pengembangan Kurikulum,(Lampung: STAIN Jurai Siwo Metro & Yogyakarta: Kaukaba Dipantara, 2015), hal. 47
[11] Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal. 223.

[12] Zakiah Daradjat, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011, cet: 5), hal.178.
[13] Ibrahim Nana Syaodih S., Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003, cet: 2),hal. 102.
[14] Haiatin Chasanatin, Pengembangan Kurikulum,(Lampung: STAIN Jurai Siwo Metro & Yogyakarta: Kaukaba Dipantara, 2015), hal. 20.
[15] Zakiah Daradjat, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011, cet: 5), hal.201.
[16] Ibid., hal.179.
[17] Ibid.
[18] Ibrahim Nana Syaodih S., Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003, cet: 2), hal. 103.
[19] Zakiah Daradjat, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011, cet: 5), hal.179.
[20] Ibrahim Nana Syaodih S., Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003, cet: 2), hal. 103
[21] Zakiah Daradjat, dkk, Op. Cit., hal.155.
[22] Ibid., hal.181.
[23] Ibrahim Nana Syaodih S., Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003, cet: 2), hal. 103.
[24] Ibid., hal. 104.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright © Nelly Agustin Education. Template created by Volverene from Templates Block
WP by Simply WP | Solitaire Online