Nelly Agustin (PAI)
A.
Metode Filsafat Pendidikan Islam
Metode
berasal dari bahasa Yunani methodos yang
berasal dari dua kata, meta dan hodos, meta berarti sesudah tau di
atas, sedang hodos berarti suatu
jalan atu suatu cara.[1]
Sedangkn metode dalam bahasa Inggris disebut method yang berarti suatu prosedur yang dipakai untuk mencapai
suatu tujuan (any prosedure employed to
attain acertain end), atau suatu teknik mengetahui yang dipakai dalam
proses mencari ilmu pengetahuan dari materi tertentu (any knowing tecniques employed in the process of any prosedure,
atau juga berarti suatu ilmu yang merumuskan suatu aturan-aturan dari suatu
prosedur.[2]
Metode adalah suatu cara mempelajari
atau memperoleh sesuatu, dalam hal ini adalah suatu cara mempelajari filsafat
pendidikan islam. Sehingga mempelajari dan meahaminya dapat lebih mudah, dan
sesuai dengan kenyataan atau logis, tidak asal dalam menentukan dan
menerapkannya.
Pada dasarnya metode yang digunakan
untuk mencapai pengetahuan filsafat termasuk filsafat pendidikan islam adalah
berfikir rasional-logis. Ukuran-ukuran kebenaran yang diperoleh adalah
kelogisan argumentasinya, sebab secara umum objek kajian filsafat adalah
abstrak-logis, seingga tidak tepat menggunakan metode yang empirik. Apabila
filsafat berbicara tentang sesuatu yang empirik, itu hanya sebagai sarana untuk
mencari sesuatu dibalik yang empirik.[3]
Metode filsafat pendidikan islam
dikutip dari buku karya Prof. Dr. H. Abd. Haris, M.Ag (Guru Besar Flsafat
Penddikan Islam IAIN Sunan Ampel) dan Kivah Aha Putra, S. Pd.I (Dosen
Universitas Sunan Giri) yang berjudul Filsafat Pendidikan Islam, memiliki enam
metode, yaitu metode spekulatif dan
kontemplatif, metode normatif, metode analisis konsep, metode historis, metode
deduktif dan metode terpadu.[4]
1.
Metode spekulatif dan kontemplatif
Spekulatif,
berasal dari bahasa Inggris speculative yang
berarti pemikiran dan peninjauan, sedangkan bahasa Arabnya fikri.[5]
Kontemplatif, berasal dari bahasa
Inggris contemplative yang berarti
bersifat merenung atau tafakur.[6]
Sedangkan bahasa Arabnya taammuliy[7].
Spekulatif dan Kontemplatif,
memiliki arti yang bisa dikatakan sama, yaitu memikirkan dan merenungkan.
Merenungkan itu berarti memikirkn sesuatu tanpa ada keharusan kontak langsung
engan objeknya. Metode ini dapat dipakai untuk memikirkan sesuatu yang abstrak
, misalnya hakikat hidup untuk Islam, sifat Tuhan, takdir dll. Metode ini
sangat penting dalam filsafat pendidikan Islam sebab dalam analisisnya sering
berhadapan dengan sesuatu yang abstrak dan sulit didekati, kecuali dengan
merenung.
2. Metode Normatif
Metode normatif ini dimaksudkan
sebuah metode yang digunakan untuk mencari dan menetapkan nilai, aturan, atau
hukum tertentu.dalam filsafat pendidikan Islam, metode ini digunakan untuk
mencari nilai, aturan atau hukum yang berkaitan dengan pendidikan islam,
sehingga tujuan, proses, bahan, dan semua yang terlibat dalam pendidikan Islam
tersebut sesuai dengan nilai, aturan, dan hukum Islm yang bersumber dari
Al-Qur’an dan as-Sunnah.
Dalam
prosesnya metode ini dapat dilakukan dengan ijtihad. Ijtihad yang dimaksud
adalah memahami Al-Qur’an dan sunnah, dalam kaitannya dengan pendidikan Islam
secara maksimal.
3. Metode Analisis Konsep
Analisis
konsep ini berarti menguraikan sesuatu pengertian yang bersifat tertentu. Dalam
menganalisis suatu konsep itu, digunakan alat komunikasi yang bias disebut
dengan bahasa. Dari uraian atau analisis bahasa inilah dapat dipahami suatu
konsep yang berkaitan dengan problematika pendidikan Islam. Problematika
pendidikan Islam itu misalnya mengenai konsep filosofis tentang fitrah, ikhsan,
taqwa, bahagia, manusia sempurna, dan lain sebagainya.
4. Metode Historis
Metode historis atau sejarah adalah
cara mempelajari filsafat berdasarkan urutan waktu perkembangan pemikiran
filsafat yang telah trjadi, setelah kelahirannya sampai sekarang.[8]
Metode
histori ini berarti juga menggunakan sejarah sebagai cara untuk mengambil
pelajaran peristiwa yang sudah terjadi untuk diproyeksikan ke masa depan.
5. Metode Deduktif
Metode deduktif berarti penalaran
dari suatu kebenaran umum kesuatu ha yang khusus.[9]
Metode ini digunakan dalam filsafat, karena pada dasarnya filsafat itu bersifat
rasional-logis dan lebih banyak berangkat dari kebenaran-kebenaran yang
bersifat umum. Metode ini tepat dijadikan alat mencari kebenaran yang
abstrak-logis. Sesuai dengan filsfat pendidikan Islam.
6. Metode Terpadu
Metode
terpadu maksudnya memadukan unsur rasional-empiris dengan unsur intuisi. Dalam
kaitan ini, ketika menyelesaikan persolan pendidikan Islam tidak hanya
mengandalkan unsur rasional-empiris, tetapi juga mengakui keberadaan intuisi
dan mengunakannya sebagai metode pencarian kebenaran.
B. Peran Filsafat Pendidikan Islam
Filsafat pendidikan Islam bertujuan
menumbuhkan manusia yang utuh, dalam arti manusia yang bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, cerdas, terampil, berakhlak mulia, berkepribadian, cinta tanah
air, dan bersemangat kebangsaan yang tebal.[10]
Denan demikian filsafat pendidikan Islam mempunyai peranan yang sangat penting
dalam mendidik manusia seutuhnya, manusia yang mempunyai unsur jasmani, akal
dan ruhani. Pandangan ini berdasarkan pada suatu konsep Islam, bahwa manusia
terdiri dari tiga unsur yang seharusnya ketiga unsur itu mendapatkan pendidikan
yang seimbang, tanpa harus melebihkan satu dari yang lain. Dengan keseimbangan
pendidikan jasmani, akal, dan ruhani tersebut diharapkan bisa menghasilkan
manusia yang paripurna (al-insan al-kamil)
sebagai tujuan dari pendidikan Islam.
Peranan filsafat pendidikan Islam adalah memberikan pandangan-pandangan tentang
bagaimanakah seharusnya pendidikan untuk manusia agar mampu mengembangkan
potensi yang ada pada dirinya. Potensi-potensi manusia, baik yang bersifat
jasmaniyah maupun ruhaniyah, menurut filsafat pendidikan Islam, seharusnya
dikembangkan secara seimbang. Dalam filsafat pendidikan Islam diupayakan
keselarasan, yaitu keselarasan hubungan manusia dengan Tuhannya, antara sesama
manusia, dan antara manusia dengan lingkungan alam sekitarnya, serta
keselarasan antara cita-cita hidup didunia dan kebahagiaan di akhirat.
Selain pandangan di atas, filsafat
pendidikan Islam mempunyai peranan yang strategis dalam mengarahkan pendidikan,
termasuk pendidikan manusia seutuhnya. Filsafat pendidikn Islam akan memberikan
alternatif-alternatif pemikiran dan jawaban atas problem-problem yang dihadapi
oleh pendidikan, sehingga akan menambah khazanah teori pendidikan yang sesuai
dengan tununan manusia, baik sebagai makhluk pribadi, sosial, maupun sebagai
makhluk yang bermoral; juga akan memberikan arah kepada manusia dalam
berhubungan dengan Tuhan , sesama manusia, dan alam sekitarnya.
[1] Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: Gramedia,
2000), hlm. 635.
[2] Dagobert D.
Runes, Dictionary of philosophy, (New
Jersey: Little Field Adams & Co., 1963) hlm. 196.
[3] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Persepektif Islam, (Bandung:
Remaja Rosda Karya, 1992), hlm. 15.
[4] Abd. Haris
& Kivah Aha Putra, Filsafat
Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2012), hlm. 35-38.
[5] Atabik Ali, Kamus Inggris-Indonesia-Arab, (Yogyakarta:
Multi Karya Grafika, tt), hlm. 1240.
[6] Peter Salim, The Contemporary English-Indonesian
Dictionary, (Jakarta: Modern English Press, 2002), hlm. 398.
[7] Atabik Ali,
Op. Cit., hlm. 280.
[8] Sutardjo A
Wiramihardja, Pengantar Filsfat, (Bandung:
Refika Aditama, 2006), hlm.16.
[9] Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: Gramedia,
2000), hlm. 149.
[10] Team
Lokakarya, Islam Dan Pendidikan Nasional,
(Jakarta: Lembaga Penelitian IAIN Syarif Hidayatullah, 1983), hlm. 141.
0 komentar:
Posting Komentar