Pages

Makalah tentang Ulumul Hadis

NELLY AGUSTIN/PAI.3



A.  Ulumul Hadis
1.    Pengertian Ulumul Hadis
Secara etimologi, kata ulumul hadis berasal dari dua kata yaitu ulum dan hadis. ‘ulum adalah bentuk jamak dari kata al-‘ilm yang berarti al-fahm, al-ma’rifah dan al-idrak yakni paham, mengetahui dan menguasai.[1] Jadi secara bahasa dapat dikatakan arti dari al-‘ilm adalah pemahaman dan pengetahuan terhadap sesuatu dengan sebenar-benarnya, atau dilandasi dengan keyakinan yang kuat. Dari paparan tersebut dapat dipahami bahwa ulumul mempunyai arti kumpilan beberapa pembahasan ilmu yang saling terkait antara satu dengan yang lain.
Hadis secara etimologi adalah al-jadid dan al-khabar yaitu baru dan berita.[2] Ketika menjadi istilah teknis, hadis kemudian didefinisikan secara beragam oleh banyak ulama. Definisi hadis menurut para muhaddisin (ulama ahli hadis), dibedakan menjadi dua:
a.    Definisi hadis secara terbatas
“Sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW. baik berupa perkataan, perbuatan, pernyataan (taqrir) dan yang sebagainya”[3]
b.    Definisi hadis secara luas
“Tidak hanya disandarkan kepada Nabi SAW. namun, juga perkataan, perbuatan, dan taqrir yang disandarkan kepada sahabat dan tabi’in”
Ulumul hadis adalah istilah ilmu hadis di dalam tradisi ulama hadis.[4]
Dari paparan di atas, dapat diartikan bahwa ulumul hadis adalah suatu disiplin ilmu yang membahas hal-hal yang terkait dengan hadis, baik dari aspek keberadaannya sebagai hadis, maupun aspek pemahaman kandungannya sebagai pedoman kedua setelah Al-Qur’an begi manusia.

2.    Macam Ulumul Hadis
Ulumul hadis atau ilmu hadis menurut para ulama dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu Ilmu Hadis Riwayah dan Ilmu Hadis Dirayah.[5]
a.    Ilmu Hadis Riwayah
Menurut Ibnu Al-Akfani, bahwa yang dimaksud dengan Ilmu Hadis Riwayah adalah, “Ilmu hadis yang khusus berhubungan dengan riwayah, yaitu ilmu yang meliputi pemindahan (periwayatan) perkataan Nabi SAW. dan perbuatannya, serta periwayatannya, pencatatannya, dan penguraian lafaz-lafaznya”.[6]
Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa ilmu hadis riwayah pada dasarnya adalah membahas tentang tata cara periwayatan, pemeliharaan dan penulisan atau pembukuan hadis Nabi SAW.
b.    Ilmu Hadis Dirayah
Menurut Al-Suyuthi Ilmu Hadis Dirayah adalah ilmu yang bertujuan untuk mengetahui hakikat riwayat, syrat-syarat, macam-macam, dan hukum-hukumnya, keadaan para perawi, syarat-syarat mereka, jenis yang diriwayatkan, dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya.
3.    Struktur Hadis
a.    Sanad
Menurut bahasa sanad berarti sandaran, tempat kita bersandar.[7] Sedangkan menurut istilah sanad adalah jalan yang menyampaikan kita pada matan hadis.
b.    Matan
Menurut Muhammad at-Thahan matan adalah suatu kalimat tempat berakhirnya sanad.[8] Matan adalah lafal hadis yang di dalamnya mengandung makna-makna tertentu.
c.    Rawi
Rawi artinya yang menceritakan atau yang meriwayatkan[9], yaitu orang yang menceritakan atau menuliskan hadis dalam suatu kitab.
d.    Mukharrij
Artinya yaitu mengeluarkan, yaitu orang terakhir yang telah menukil atau mencatat sesuatu hadis pada kitabnya.
4.    Kedudukan dan Fungsi Hadis
a.    Kedudukan Hadis sebagai Sumber Hukum
Hadis berkedudukan sebagai sumber hukum kedua bagi Muslim setelah Al-Qur’an. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam firman Allah SWT. dan hadis berikut:  
Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam Keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mukmin). dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang ghaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya. karena itu berimanlah kepada Allah dan rasul-rasulNya; dan jika kamu beriman dan bertakwa, Maka bagimu pahala yang besar” (QS. Ali Imran: 179)

“Aku tinggalkan dua pusaka untukmu sekalian, yang kalian tidak akan tersesat selagi kamu berpegang teguh kepada keduanya, yaitu berupa kitab Allah dan SunnahRasul-Nya”

b.    Fungsi Hadis terhadap Al-Qur’an
1)        Bayan al-taqrir
Yaitu berfungsi untuk menetapkan dan memperkuat, serta memperkokoh  apa yang telah diterangkan di dalam Al-Qur’an.
2)        Bayan al-tafsir
Kehadiran hadis berfungsi untuk memberikan rincian dan tafsiran terhadap ayat-ayat Al-Qur’an yang masih bersifat global.[10]


3)        Bayan al-naskh
Hadis berfingsi untuk  membatalkan, menghilangkan,atau memindahkan ayat Al-Qur’an yang telah dikira telah berakhir masa berlakunya, atau sudah tidak diamalkan lagi untuk selama-lamanya.
5.    Klasifikasi Hadis
a.    Pembagian Hadis dari Segi Kuantitas
Ditinjau dari segi kuantitas atau jumlah perawi yang mwnjadi sumber berita, hadis terbagi menjadi dua macam:
1)        Hadis Mutawatir
“Hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah perawi yang secara tradisi tidak mungkin mereka sepakat untuk berdusta dari sejumlah perawi yang sepadan dari awal sanad sampai akhirnya, dengan syarat jumlah itu tidak kurang pada setiap tigkatat sanadnya”.
2)        Hadis Ahad
“Hadis yang diriwayatkan oleh satu atau dua perawi ataupun lebih, yang tidak memenuhi syarat-syarat masyhur ataupun mutawatir, dan tak diperhitungkan lagi jumlah perawinya setelah itu (tingkat berikutnya)”.
b.    Pembagian Hadis dari Segi Kualitas
Ditinjau dari segi kualitas atau diterima/ditolaknya hadis karena syarat-syarat tertentu yang menguatkan atau melemahkan hadis tersebut, hadis ini terbagi menjadi dua macam[11]:
1)        Hadis Shahih
Menurut Ibn ash-Shalah hadis shahih adalah musnad yang sanadnya bersambung-sambung melalui periwayatan orang yang adil lagi dhabit (sempurna ingatannya) dari orang yang adil lagi dhabit pula sampai ujungnya, tidak syadz (janggal) dan tidak mu’allal (terkena ‘illat)
2)        Hadis Hasan
Menurut Imam Al-Tirmidzi hadis hasan adalah hadis yang pada sanadnya tidak terdapat orang yang tertuduh berdusta, tidak terdapat kejanggalan pada matannya dan hadis itu diriwayatkan tidak dari satu jurusan (mempunyai banyak jalan) yang sepadan maknanya.
3)        Hadis Dha’if
Hadis dha’if adalah hadis yang kehilangan satu syarat atau lebih dari syarat-syarat hadis shahih atau hadis hasan.
c.    Pembagian Hadis dari Segi Sumber
1)        Hadis Qudsy
2)        Hadis Marfu’
3)        Hadis Mauquf
4)        Hadis Maqthu’
d.    Pembagian Hadis dari Segi Bentuk
1)        Hadis Qawly
2)        Hadis Fi’li
3)        Hadis taqriri
Hadis Qauni


[1] Anshori, ulumul Qur’an, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm. 1.
[2] Zeid B. Smeer, Ulumul Hadis, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), hlm. 2.
[3] Ahmad Izzan dan Saifudin Nur, Ulumul Hadis, (Bandung: Tafakur, 2011), hlm. 2.
[4] Ibid., hlm. 94.
[5] Ibid., hlm. 95.
[6] Ibid.
[7] Rusydie Anwar, Pengantar Ulumul Qur’an dan Ulumul Hadis, (Yogyakarta: IRCioD, 2015), hlm. 243.
[8] Ahmad Izzan dan Saifudin Nur, Ulumul Hadis, hlm. 20.
[9] Ibid., hlm. 21.
[10] Ibid., hlm. 31.
[11] Ibid., hlm. 149.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright © Nelly Agustin Education. Template created by Volverene from Templates Block
WP by Simply WP | Solitaire Online